Foto Toeng Punya..

GeLas toeng



Toeng dengan kacamata kudanya.. haha..



Nuansa blomming with lophe lophe.. hehe..



Pyiuhhh...hahhaaa..
alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5403926467508558658" />

K o e s P l u s

Halo Bro…kita ketemu lagi.. Kali ini Leka mau bahas tuntas soal band legendaris papan atas kita. Yupz, siapa sih yang ga kenal mereka? Merekalah Koes Plus..Huaaaa.. penasaran kan? Key, kita intip aja yuk…Yuuuk…

Koes Plus dibentuk pada tahun 1969, sebagai kelanjutan dari kelompok Koes Bersaudara. Kelompok Koes Plus ini dimotori oleh almarhum Tonny Koeswoyo (anggota tertua dari keluarga Koeswoyo). Koes Bersaudara menjadi pelopor musik pop and rock 'n roll, kabarnya kelompok ini sempat dikurung di penjara karena musiknya dianggap mewakili aliran politik kapitalis (saat itu sedang garang-garangnya gerakan anti-kapitalis di Indonesia).

Dari kelompok Koes Bersaudara ini lahirlah lagu-lagu yang sangat populer seperti Bis Sekolah, Di Dalam Bui, Telaga Sunyi, Laguku Sendiri dan masih banyak lagi. Satu anggota dari Koes Bersaudara (Nomo Koeswoyo) keluar dari Koes Bersaudara dan digantikan oleh Murry sebagai drummer. Awalnya, kehadiran Murry menimbulkan masalah dalam kelompok band ini karena salah satu personel mereka, Yok, merasa keberatan dengan kehadiran orang luar. Akhirnya, jadilah nama band mereka diganti dengan nama Koes Plus (maksudnya plus orang luar, yaitu Murry).

Koes Plus, adalah band yang terkenal dengan kesederhanaan penampilannya. Eits, tapi jangan salah Bro! Biar mereka sederhana, tapi teuteup, penampilan mereka bikin semua penonton terpukau. Band ini sudah berhasil melahirkan ratusan lagu yang kesemuanya itu enak didengar di telinga masyarakat. Hal ini dikarenakan lagu-lagu itu tersusun atas pilihan nada yang manis, syair yang sederhana, dan musik yang harmonis (komplit kan?_ed). Lagu-lagu mereka bukanlah lagu yang rumit seperti halnya lagu-lagu milik Genesis, Deep Purple atau Queen. Ciri khasnya adalah perpaduan suara vokalis mereka, Yon dan Yok. Biarpun Koes Plus ini termasuk band lama, tapi lagu-lagunya masih tetap eksis di masyarakat. Bahkan ada beberapa band atau penyanyi yang menyanyikan ulang lagu-lagu Koes Plus dengan ditambah sedikit aransemen baru. Misalnya Lex's Trio yang membuat album khusus lagu-lagu Koes Plus, Cintamu T'lah Berlalu yang dinyanyikan ulang oleh almarhum Chrisye, Manis dan Sayang yang dibawakan oleh Rif.

Koes Plus harus dicatat sebagai pelopor musik pop di Indonesia. Kita tidak bisa bayangkan sejarah musik pop Indonesia tanpa kehadiran Koes Plus. Pada saat baru dibentuk, Koes Plus tidak langsung mendapat simpati dari pecinta musik Indonesia. Piringan hitam album pertamanya sempat ditolak di beberapa toko kaset. Mereka bahkan mentertawakan lagu Kelelawar yang sebenarnya enak didengar itu. Kemudian, Murry pergi ke Jember dan bekerja sebagai karyawan di pabrik gula sambil bermain band bersama Gombloh dalam grup Lemon Trees. Ia membagi-bagikan piringan hitam album Koes Plus kepada teman-temannya secara gratis. Tidak lama, Tonny menyusul Murry ke Jember dan mengajaknya kembali ke Jakarta. Saat itu, lagu Kelelawar yang tadinya ditertawakan mulai diputar di RRI dan orang-orang mulai mencari album pertama Koes Plus. Beberapa waktu kemudian lewat lagu-lagunya Derita, Kembali ke Jakarta, Malam Ini, Bunga di Tepi Jalan hingga lagu Cinta Buta, Koes Plus mendominasi musik Indonesia waktu itu.

Grup lain yang seangkatan seperti Favourites, Panbers, Mercy's, D'Lloyd menjadikan Koes Plus sebagai kiblat. Sehingga grup-grup ini meniru apa yang dilakukan Koes Plus. Seperti pembuatan album di luar pop Indonesia, seperti pop melayu dan pop jawa menjadi trend grup lain setelah Koes Plus mengawalinya. Wah, hebat ya Bro…

"Seandainya kelompok ini lahir di Inggris atau AS, bukan tidak mungkin akan menggeser popularitas Beatles"

Lagu Nusantara I (Volume 5), Oh Kasihku (Volume 6), Mari-Mari (Volume 7), Diana dan Kolam Susu (Volume 8) merajai musik pop waktu itu. Puncak kejayaan Koes Plus terjadi ketika mereka mengeluarkan album Volume 9 dengan lagu yang sangat terkenal Muda-Mudi (yang diciptakan Koeswoyo (bapak dari Tonny), Yon dan Yok). Disusul lagu Bujangan dan Kapan-Kapan dari volume 10. Masih berlanjut dengan lagu Nusantara V dari album Volume 11 dan Cinta Buta dari album Volume 12. Bersamaan dengan itu, Koes Plus juga mengeluarkan album pop Jawa dengan lagu yang dikenal dari tukang becak, ibu-ibu rumah tangga hingga anak-anak muda, yaitu Tul Jaenak dan Ojo Nelongso. Belum lagi lagu mereka yang berirama melayu seperti Mengapa, Cinta Mulia dan lagu keroncongnya yang berjudul Penyanyi Tua. Namun sayang, di setiap album yang mereka keluarkan tidak ada dokumentasi bulan dan tahun sehingga susah sekali untuk melacak album tertentu dikeluarkan tahun berapa. Bahkan tidak ada juga kata-kata pengantar lainnya. Album mereka baru direkam secara teratur mulai volume VIII setelah ditandatangani kontrak dengan Remaco. Sebelumnya perusahaan yang merekam album-album mereka adalah Dimita.
Pada tahun 1972-1976 udara Indonesia benar-benar dipenuhi oleh lagu-lagu Koes Plus. Baik di radio maupun di tempat orang-orang pesta selalu terdengar lagu Koes Plus. “Mungkin pada saat itu ga ada remaja Indonesia yang ga kenal Koes Plus.” Saat-saat Koes Plus mengeluarkan album baru selalu ditunggu-tunggu pecinta Koes Plus dan masyarakat umum. Tahun 1972 Koes Plus sempat menjadi band terbaik dalam Jambore Band di Senayan. Semua peserta menyanyikan lagu Barat berbahasa Inggris. Hanya Koes Plus yang berani tampil beda dengan menyanyikan lagu Derita dan Manis dan Sayang.
Dari informasi yang dikirim seorang penggemar Koes Plus, ternyata prestasi Koes Plus memang luar biasa. Pada tahun 1974 Koes Plus mengeluarkan 22 album termasuk album instrumentalia. Jadi rata-rata mereka mengeluarkan 2 album dalam satu bulan. Tahun 1975 ada 6 album. Kemudian tahun 1976 mereka mengeluarkan 10 album. Rekor ini pantas dicatat di dalam Guinness Book of Record. Hebatnya, lagu-lagu mereka bukan lagu asal jadi, tapi memang hampir semua enak didengar. Bukti ini merupakan jawaban yang mujarab karena banyak yang mengkritik lagu-lagu Koes Plus hanya mengandalkan tiga jurus: kunci C-F-G.
Karena banyak jasanya dalam pengembangan musik, masyarakat memberikan tanda penghargaan melalui ”Legend Best Award”, tahun 1992 terhadap prestasinya untuk menjadi kelompok legendaris. Prestasi yang dimiliki disamping masa pengabdiannya di bidang seni cukup lama, produk hasil ciptaan lagunya pun juga memadai karena sejak tahun 1969 sampai sekarang berhasil menciptakan 750 lagu yang terhimpun dalam 72 album (Kompas, 13 September 2001).

Yups, itulah sekelumit tentang grup musik Legendaris Indonesia, Koes Plus. Gimana Bro? Dah ga penasaran lagi kan? Oke, tunggu berita lainnya…

Mari…mari… bernyanyi bersama… mari...mari berjoget gembira… hahaha…



By: toeng_toeng (from students.ou.edu/koesplus)

Tugas TIK

Soal Photoshop

1. Berikut ini yang merupakan program aplikasi pengolah grafis berbasis bitmap adalah…
a. Adobe Photoshop
b. Corel Draw
c. Microsoft Office Power Point
d. Microsoft Office Excel
e. Microsoft Office Word

2. Menu pada Photoshop yang berisi pengaturan cara seleksi objek gambar adalah…
a. edit
b. view
c. layer
d. select
e. window

3. Fungsi dari toolbox pada photoshop adalah…
a. suatu fasilitas-fasilitas atau tool untuk mengedit image/gambar
b. berisi peralatan/perlengkapan dasar untuk menggambar
c. suatu kumpulan menu-menu utama dalam photoshop
d. suatu frame/pembagian fungsi-fungsi mengedit gambar
e. semuanya benar

4. Dalam Rectangular Marquee Tool, untuk memperkecil daerah seleksi adalah…
a. subtract from selection
b. intersection with selection
c. feather
d. add new selection
e. style

5. Pernyataan di bawah ini yang benar adalah…
a. elitical marquee tool berfungsi untuk membuat seleksi berbentuk persegi panjang atau bujur sangkar
b. elitical marquee tool berfungsi untuk membuat seleksi berbentuk bebas
c. elitical marquee tool berfungsi untuk membuat seleksi berbentuk segitiga
d. elitical marquee tool berfungsi untuk membuat seleksi berbentuk lingkaran
e. elitical marquee tool berfungsi untuk membuat seleksi berbentuk polygon

6. Pernyataan di bawah ini yang benar adalah…
a. single row marquee tool berfungsi untuk membuat seleksi dalam satu baris
b. single row marquee tool berfungsi untuk membuat seleksi berbentuk penggaris/ruler
c. single row marquee tool berfungsi untuk membuat seleksi berbentuk lingkaran
d. single row marquee tool berfungsi untuk membuat seleksi berbentuk segitiga
e. polygon single row marquee tool berfungsi untuk membuat seleksi berbentuk

7. Fungsi dari lasso tool adalah…
a. untuk membuat seleksi secara bebas
b. untuk membuat seleksi secara melingkar
c. untuk membuat seleksi berdasarkan sudut/garis tertentu
d. untuk membuat seleksi berdasarkan titik-titik tertentu
e. untuk membuat teks horizontal

8. Untuk membuat seleksi bebas berdasarkan kesamaan warna merupakan fungsi dari…
a. lasso tool
b. polygonal lasso tool
c. magnetic lasso tool
d. color lasso tool
e. gradient tool

9. Fungsi blur dalam mengedit suatu gambar adalah…
a. suatu filter untuk menghapus image
b. suatu filter untuk membuat image menjadi tidak jelas/halus
c. suatu filter untuk membuat image terkesan timbul
d. suatu filter untuk membuat image terkesan tajam
e. suatu filter untuk mempertajam bagian gambar

10. Dalam memanipulasi image, khususnya dalam pembuatan seleksi, penggunaan papan keyboard sangat berfungsi. Contohnya tombol shift saat ditekan bersamaan dengan klik pada mouse, di bawah ini manakah fungsi dari tombol shift tersebut…
a. tombol shift berfungsi untuk menghapus seleksi
b. tombol shift berfungsi untuk membuat sudut seleksi
c. tombol shift berfungsi untuk menambah seleksi yang telah ada pada image
d. tombol shift berfungsi untuk mengurangi seleksi image
e. tombol shift berfungsi untuk memperbesar seleksi image

Curhat: Paling Sedih kalo pas Pelajaran Matematika

Hew, mau curhat neh. Ini tentang Matematika. Gue paling sedih kalo lagi pelajaran Matematika. Integral, Matriks, Program Linier dan lain-lain bikin gue jadi rada planga-plongo. Ngelirik ke temen sebangku gue, sama raut mukanya. Sama-sama nggak mudeng, dan nggak tahu. Akhirnya, kita cuma senyam-senyum dan ndhopok-ndhopok doang.

Melihat sejarah kehidupan Matematika. Dulu pas gue SD, gue seneng banget sama pelajaran Matematika. Matematika itu mengasyikkan. Nilai gue juga selalu bagus di pelajaran Matematika. Gue yang jadi andalan buat Matematika.

Waktu SMP, keadaan masih stabil. Gue masih loading soal Matematika. Nilai masih bagus dan jarang remidi.

Begitu gue SMA, gue mulai nggak mudeng sama Matematika. Terlalu bikin puyeng. Tapi sebenernya emang gue akuin, kalo kita mau lebih telaten dan mengkaji lebih dalam, Matematika itu nggak sulit. Tapi berhubung beberapa faktor yang ada di diri gue, gue jadi males dan ogah-ogahan sama Matematika.

Kadang gue jadi mikir, waktu SD dan SMP dulu prestasi gue gemilang boo, tapi sejak gue SMA, gue mulai males-malesan belajar, mulai nggak mudeng sama apa yang disampein para guru, dan mulai jadi langganan remidi. Ada apa sama gue sebenernya? Apakah orang yang semakin bertambah dewasa jadi semakin o’on? Masa sih begitu? Atau karena gurunya yang ngajar dengan menggunakan prinsip kejar waktu alias deadline? “Mudeng orang mudeng ya ngonoh, sing penting bab mapel wis rampung.”

Oh, sungguh teganya. Tapi emang sih gue ngerasain banget perbedaan sistem belajar waktu SD dan SMP, sama sekarang pas SMA. Dulu waktu SD dan SMP cita-cita gue adalah jadi orang sibuk yang sering pulang sekolah sore dan punya banyak tugas yang seabrek. Sekarang cita-cita itu terkabul. Di SMA, tugas sekolah seabrek, dan gue harus pulang sore karena banyak kegiatan yang harus gue jalanin. Cita-cita sih terkabul, tapi nilai gue yang jadi terbubul-bubul. Apaaa lagi?

Di SMA, setiap hari cuma diterangin sekilas, buru-buru, cepetan karena ngejar deadline. Kalo dulu di SD dan SMP mah nyante banget. Gue bahkan bisa ngerjain soal-soal yang nggak bisa dikerjain sama temen-temen gue. Gue dulu suka bingung kenapa seseorang bisa sampe remidi untuk soal yang begitu mudahnya (belaguu…laga gue dah yaa :-P). Tapi sekarang? Semuanya jadi berbalik 175o. Gue nggak mudeng sama apa yang disampein guru gue. Gue nggak bisa ngerjain soal yang katanya masih kategori mudah. Apakah roda sedang berputar dan posisi gue lagi di bawah soal bidang ini? Ato gue yang berubah jadi o’on?

Tapi semua itu nggak cuma dirasain sama gue aja lho. Temen-temen gue yang lain juga banyak yang ngereasain hal serupa kayak gue. Rasanya sedih banget pas lagi saat-saat pelajaran dimana kebanyakan orang mudeng dengan materi yang disampein, sedangkan kita cuma bisa planga-plongo karena ketidakmudengan kita. Mau tanya, bingung bagian mana yang harus ditanyakan? Huh, ribet.

Yups, sampe sekarang. Gue masih belum tau kenapa alasannya gue berubah gini. Ya, mungkin dari temen-temen ada yang bisa bantu gue kasih solusi? Silahkan tinggalkan komentar Anda. Hehe.. Makasih ya udah baca artikel gue.

Respon Cerita Masa Kecil yang Gokil

Tulisan di bawah ini ditulis sama temen-temen gue yang udah baca “Cerita Masa Kecil yang Gokil”. Gue cuma ngetik ulang aja, abis responnya juga gokil gila. Karena temen-temen gue memang sedikit waras.. haha..

1. Ditulis oleh Mi’ink

Dear toeng tercinta,
Hari ini terik matahari terasa sangat menyengatkan ubun-ubunku, maka dari itu, menyebabkan ubun-ubunku ‘mlenthung’. Letih, lesu, males ngganduli tubuhku. Tiba-tiba semuanya itu buyar saat kubaca cerita anehmu. Poin-poin yang bisa ditangkap adalah:

- kamu orangnya penurut sama orang tua
- orang tua kamu memberikan wejangan sesat untuk anaknya
- Si Pisang nangis, takut dicium sama BOGIL (kebo gila)

Demikian surat saya, banyak kelebihan sedikit kekurangan, mohon dimaafkan.


2. Ditulis oleh Atun

“Jadi dapat disimpulkan bahwa ide pokoknya: Anak dan bapak yang mengikuti ajaran sesat.”


3. Ditulis oleh Gadis Ndeso

“Hwakakakakakkk. Wah, ide yang gile tapi sangar abiz. Sumpah aku maca ceritamu ngguyu ngantek wetengku lara. Bapakmu hebat juga ya idenya. Wah, berarti Si Pisang mental wedon (cewe).”

(Untuk respon yang poin ke-3, kayaknya cuma makhluk tertentu aja yang ngarti artinya. Yang nggak ngerti artinya ketawa aja membaca bahasa kami para makhluk yang sedikit aneh ini)


4. Pembaca lain-lain

Secara lisan: “Wakakakakakakkk. Hahahahaa. Huhuhuu. Aduhh. Aduhh. Hahahahaha..”


What about you? Write your comment please. Hehe..

Cerita Masa Kecil yang Gokil




Yap.yap.yap. Kali ini Leka mau cerita tentang kisah seorang anak kecil yang begitu polos tapi juga gokil. Okeh, sengaja gue susun bahasanya sedemikian rupa sehingga ceritanya jadi lebih gokil dan juga supaya kalian bisa lebih mendalami cerita di bawah ini. Langsung aja, chek it out!! (pake sudut pandang orang pertama, pelaku utama. Bacanya dengan intonasi nada tepat anak kecil yaa! Biar lebih mantabb.. )

Hallo, aku mau cerita tentang masa kecil aku yang begitu menggoda. Ini dia, pada jaman dahulu kala, pada waktu aku masih imut-imut tentunya aku punya seorang teman. Dia itu nakal banget sama aku. Namanya Pisang Banana Saputer. (Ups, nama lagi-lagi disamarkan. Kan dilarang nyebut merk! Hehe) Dia itu sering banget nakalin aku. Dia mengata-ngatakan aku, dia juga sering iseng sama aku, pokoknya nyebelin banget. Terus, kan aku ngadu sama papah aku. Eh, papah aku bilang, “Kalo temennya nakal lagi, cium aja pipinya!”

Nah, keesokan harinya, Pisang itu nakalin aku lagi. Aku sama dia berantem di depan kelas. Temen-temen malah pada bersorak ria menonton pertandingan bola. (Lho? Kok pertandingan bola? Hehe, maksudnya pertarungan antara aku dengan Pisang Banana itu) Sesaat kemudian, “Gedebugg. bugg. bukk. buuggg. klonthang. prang. crung. prikithiuww!!” (bunyi yang aneh :-P). Aku tersungkur dibuat martabak spesial Pisang ala Banana. Aku jatuh, tapi tak tertimpa tangga. Intinya, aku keok dalam pertarungan sengit itu. Abis, badannya Pisang “bogem” gila!! Dia itu berukuran besar sekali seperti balon udara.

Pas aku jatoh, aku nggak langsung nangis alias mewhek lho. Yah, ronde kedua. Aku berdiri, bangkit, maju tak gentar membela yang tertindas. Haha. Aku serukan mantra-mantra yang sudah aku pelajari dari pihak yang berwenang. Aku berkata, “Heh, gue cium lo!!”

Huaaa, Pisang berubah raut muka, dia terlihat ketakutan! Ahahahahay.. Dia berlari dan terus berlari mengejar mentari di pagi hari. Alah, maksudnya, Pisang lari ngibrit, dan aku mengejarnya. Akhirnya, dia terperangkap dalam tarikan tanganku, sekejap, kucium pipinya, “Cup..cup..mmmuuaaahhh…”

Hiyya, hayyyaaa. Dengan seketika itu juga, Pisang nangis goar-goar bukan kepalang. Huahahahayy. Akhirnya, (anggap saja ini ronde kedua) telah diputuskan, akulah pemenangnya. Hahaha. Selamat yaa…

“Jurus bokap gue emang jitu…”


Yap the end. Haha, ceritanya udah selesai euy. Udah ada kurang lebih sepuluh orang baca cerita yang sedikit fakta dan di mix dengan sedikit khayalan ini langsung tertawa ngakak, dan membuat keributan di tengah-tengah pelajaran Bahasa Inggris yang membuat mata ngantuk nggak karuan (yah, itung-itung tombo ngantuk dah).

Cerita ini adalah sebuah fakta dan dicampur dengan fiktif belaka. Mohon maaf apabila ada bagian-bagian cerita yang ditambah atau dikurangi maupun dibagi bahkan dikalikan. Semua itu dilakukan semata-mata demi kepentingan keluarga. Haha, maksudnya untuk kepentingan dramatisasi cerita. Selamat menikmati hidangan cerita ini. Jangan lupa tinggalkan sebuah komentar agar toeng menggila semakin bahagia. Haha. :-D


Salam,


toeng-toeng

tips cari tahu bakat..

"Tiap orang ditakdirkan mempunyai karakter masing-masing, menjadi orang yang tidak mungkin disamai secara tepat oleh orang lain, dan mengerjakan yang tidak mungkin disamai secara tepat oleh orang lain."
(William Elley Channing)

Masih bingung cari tahu apa bakat yang dimiliki dalam diri kita?

Gue juga kadang suka gitu. Waktu itu gue nanya sama diri gue sendiri. “Gue bisa apa sih?” Nah, 4 pertanyaan di bawah ini (gue dapet pas gue iseng-iseng browsing, alamat webnya gue lupa. Jadi, gue nggak bisa nyantumin deh. Gue cuma nyontek pertanyaannya doang kok. Yang lainnya gue mikir lagi buu.. hehe..) mungkin bisa sedikit membantu kalian mengenali, mendeteksi, sekaligus mengasah dan mengembangkan bakat dan potensi unik yang dikaruniakan Tuhan dalam diri masing-masing.

1. Bidang kegiatan apa yang sangat memikat hati lo?
2. Bidang kegiatan apa yang memberikan kepuasan batin yang sangat mendalam?
3. Bidang kegiatan apa yang terasa sangat mudah dipelajari?
4. Bidang kegiatan apa yang membuat lo seakan-akan menyatu dengannya?

Coba deh telusuri, bidang kegiatan apa aja yang benar-benar bisa lo nikmati saat melakukannya. Perhatiin, dalam kegiatan apa aja lo bisa sering lupa waktu saat melakukannya. Hal apa yang relatif mudah lo pelajari dibanding teman-teman yang lainnya. Dalam hal apa aja teman-teman yang lain sering belajar sama lo. Lalu, pikirkan apa sebenarnya bakat dan potensi unik itu.

Nah, udah nemuin apa bakat yang terselubung itu? Otcre, kembangkan Bro… gue doain, moga kalian jadi orang yang sukses. Doain gue juga yaa… hix..hix.. 

“Kesuksesan itu datang kepada orang yang menjemput bola, bukan yang menunggu bola”

Dikira Anak Kecil

Kadang gue bingung sama penampilan gue, atau sama muka gue ya?? Sering banget gue dikira berumur lebih muda dari umur gue yang sekarang. Ciyyee..ciyyee…
Bacalah dengan seksama, gue udah 17 tahun!! Anak SMA!!

Waktu itu pas di tempat pemancingan, seorang ibu-ibu bertanya,
Ibu2: “Kelas berapa De?”
Gue: “Kelas dua..”
Ibu: “SMP mana?”
Gue: “????”
Gue bingung harus jawab apa. Aduh ibu… gue udah kelas dua SMA, bukan SMP, bentar lagi mau kelas tiga, terus jadi mahasiswa. Masa bocah SMP mulu…

Terus kisah kedua..waktu gue lagi lomba masak, gue udah kelas XII tuh. Gue tau banget ada dua orang cowok kelas XI. Jelas banget gue tau mereka ade kelas gue!!! uncluk…uncluk.. uncluk.. dia meghampiri gue dan bertanya,
Dia: “Mau masak apa De?”
Gue: (gue nyautin dia dengan muka heran, dan sekaligus aneh, sambil senyum2 wagu) “De??????”
Terus dia mungkin sadar kalo dia salah sapa, salah duga, dan salah prasangka.. gue ini kakak kelasnya!! Terus dia balik arah 180 derajat, sambil nggerutu..”Aduh, gue kira kelas X..”
Songong tu ade kelas!!!!!

Kisah ketiga….
Waktu gue lagi OL pesbuk, tiba-tiba ada seseorang yang kasih comment ke gue lewat chat, dia bilang..”Nggak salah dugaan gue, lo tuh masih kecil..”
Wkwkwkwkkkk…busut dah…Hellllooouuuwwww… gue udah gede tauk!! Gue anak SMA bukan anak SMP…

Dan kisah-kisah yang lainnya…

Kadang2 sebel sih dibilang kayak gitu.. tapi kalo diambil positive thinking-nya sih.. ntu kan berarti gue awet muda… baby face pula… hwakwakwakwakkk… :-D

Buat yang baca, jangan sirik yeee… sory kalo gue narsis.. hahahhahaaaa……:-P

Salam peace poreper: Leka toeng-toeng… ^_^

Genk anak SD, GEE (Gent Eny Eiyriodant)

Ini cerita tentang masa kanak-kanak. Cerita anak kecil yang masih duduk di bangku SD. Tapi, permasalahannya serasa dialami sama anak remaja yang duduk di bangku SMA. Singkat aja, ada 2 genk yang terkenal di suatu sekolah yang satu bernama GEE (Gent Eny Eiyriodant)-yang katanya namanya mirip sama merk sabuk- terdiri dari 5 anak perempuan bernama Karin, Tiwi, Tyas, Ana, dan Iin (mereka ini bergaya seperti anak yang tomboy). Satunya lagi bernama EMINEM-yang katanya mirip grup musik dari luar negeri- terdiri dari 3 orang anak perempuan yang agak genit bernama Nia, Lia, dan Rina. Ups, semua nama di sini disamarkan demi menjaga privacy.. halah.. jann.. Mungkin bisa dibilang kedua genk ini saingan. Bersaing buat nunjukkin genk siapa yang terkompak, nunjukkin genk siapa yang paling popular di sekolah. Ups, tapi jangan salah, disini gue ga akan cerita masalah persaingan itu. Karena masalahnyapun ga terlalu kompleks. Yang pengin gue ceritain disini adalah kisah GEE, genk yang menurut gue cukup kompak, tapi sering ribut. (Lhoo???).

Berawal dari 3 anak yang tadinya cukup deket (Karin, Tiwi, Iin). Seinget gue, genk yang pertama kali terbentuk adalah genk EMINEM. Trus salah satu dari 3 anak itu, berinisiatif bahwa mereka juga harus bikin genk. Nah, terbentuklah GEE. Gent Eny Eiyriodant. Setelah terbentuk genk baru. Ana, yang ngerasa dirinya cocok sama anak GEE, menyatakan bahwa dia pengen gabung. Trus, gabunglah anak itu. Trus lagi, ada Tyas yang juga ngerasa belum punya genk, maka ia juga bergabung di genk itu. Bulan pertama, genk itu baik-baik aja. Rumah Karin dijadiin basecamp nya mereka. Mereka sering kumpul bareng. Nginep, main, makan, de el el. Pokoknya bareng. Bahkan mungkin ke WC juga bareng-bareng (hehe).

Suatu hari, ada seorang cowok bernama Rama yang cukup deket sama anak-anak GEE. Mereka sering bercanda bareng-bareng. Kerja kelompok bareng. Dan lain-lain. Tapi ke WC nya ga bareng lhoo.. trus, karena mereka sering kumpul, lama kelamaan muncul rasa yang aneh pada diri Iin (cye..cyee..). Rasa yang mungkin bisa disebut naksir sama si Rama. Ternyata, si Tyas juga punya rasa yang sama ke Rama. Disitulah mungkin permulaan munculnya berbagai konflik di GEE. Pertama, yang namaya anak kecil, mereka pasti saingan dong buat dapetin Rama. (jieehhh...kege-eran bgt tuh cowok jadinya..). tapi sejauh pengetahuan gue, si Rama sih cuek-cuek aja. Entah, dia tau tapi cuek, ato jaim dan pura-pura cuek. Hueee.. hanya dia dan Tuhan yang tahu.

Awal-awalnya sih, mereka bersaing secara sehat. Behh.. anak kecil. Tau apa tentang bersaing secara sehat. Tapi lama-lama kok mereka jadi tidak sehat ya..(lhoo?? Maksudnya??) Diawali dari pengakuan Iin yang bilang ke Tyas bahwa dia dah jadian sama Rama (padahal belom. Dodol!!! Konyol!!! Ala cendoLL!!)

Terus, karena sikap Tyas yang pantang menyerah dan penasaran. Dia tanya ke Rama tentang kebenaran itu. Ternyata salah. Huaaa.. ketauan juga kalau si Iin bo’ong. Jujur, gue akuin, tentang kegigihan Tyas dalam mendapatkan Rama (cyeeee...). Sampai akhirnya, Rama dan Tyas bener-bener jadian. Dan Iin?? LoSe.. itu sih karena dia sendiri. Haha.. mematikan diri sendiri.. konyol.. aneh.. dan berani... berapa lama mereka jadian?? Gue kurang tau. Karena sejak lulus SD, Iin pindah ke luar kota. Dan mereka ga pernah ketemu sejak acara perpisahan. Yaahh.. itulah ending cerita yang menurut gue terlalu ekstrim buat anak SD. Bayangin aja! Rebutan cowo bo... haha.. kisah cintrong MONYET yang bener-bener wagu + aneh.. penuh kedinamisan dan keberanian. Mimpi dan harapan yang tak kunjung datang.. lhoo???

Mengingat masa-masa SD yang lucu. Gue jadi inget. Dulu tuh yaa.. sempet ada surat kaleng segala. Isinya tentang apa... gue lupa. Lo bayangin deh, sekarang.. kita yang dah SMA kelas XII ini. Kalo ngeliat anak SD. Mungkin ga sih mereka tuh ngerti apa yang namanya ”cintrong”, pelarian, surat kaleng, dan genk??? Kalo gue liat anak SD, gue tu jadi ketawa-ketawa sendiri. Ternyata waktu gue sekecil itu, gue dan temen-temen tuh dah dihadapkan sama masalah yang cukup kompleks. Ekstriiimmm.....

Apa ini yang disebut sama yang namanya dewasa gaSiK?? Tapi bukan. Karena waktu itu kita pun menyelesaikannya dengan cara khas anak-anak. Diem-dieman, marahan, jauhan, dan saling gengsi buat ngakuin kesalahan masing-masing. Dasar anak kecil, bocah cilik!

Trus lagi, kita pernah ngelakuin ritual. Ritual buat masa yang akan datang (sekarang). Kalo ga salah, ada salah satu dari temen gue yang bilang, ”Gue ga akan pacaran sebelum gue kerja..” haha.. tau deh itu bener-bener dilakuin ama dia ato engga. Kalo dulu sih, gue ga bikin komitmen apapun tentang itu. Jadi gue mau ngapain juga nggak ada resiko.. hehe.

Cerita yang lain??/ apa lagi ya?? Gue lupa. Mungkin yaa.. segitu aja cerita tentang masa SD dulu. Cerita yang mungkin ga bisa gue lupain. Cerita masa kecil yang penuh dengan keanehan, kelucuan, kekonyolan, dan kekanak-kanakan..

Euuyyy..pa kabar kalian semua??/ dulu, jamannya kita anti bedak..tapi sekarang, gue yakin,, kalian pasti dah kenal bedak. Ya kan???

Kumpul-kumpul yuKzz....

Hahahahaaaa.... kalo gue punya dosa-dosa, sekalian ya, gue minta maap getoh.. perang dinginnya udah selesai kan? Heheeheee..

Hew, notes ini hanyalah sebuah intermeZZooo... nggak ada maksud sedikitpun buat menimbulkan hal-hal yang buruk. Leka toeng-toeng hanya sedang mengasah hobi nulisnya yang udah mulai tumpul karena pensilnya udah jarang buat nulis. Sekalian dalam rangka nostalgila yang buat gue ketawa-tawa sendiri pas gue baca ulang tulisan gue ini. Thanks banget buat temen-temen yang udah mau baca notes aneh bin wagu ini. Apalagi kalo kalian sekaligus meninggalkan jejak komentar gue di notes ini. Wah, gue seneng banget cuy.. dijamin, yang komentar dapet pahala.. heahahahaa... :-D

Lip Sing? Mau jual suara atau mau jual tampang?

Hei, maaf ya temen-temen.. udah lama nih gue nggak ngisi blog. Yang pertama adalah karena terlalu banyak tugas sekolah yang harus gue kerjain, yang kedua gue belom gape-gape amat buat ngotak-ngatik blog, yang ketiga yang namanya pekerjaan tulis-menulis itu emang harus nunggu mood bagus datang, yang keempat karena keasikan main facebook, twitter de el el. Dan alasan-alasan yang lain yang ngebuat gue jarang nulis di blog. Tapi sekarang, gue mau usaha nih, buat rajin-rajin nulis di blog. Hehe, udah mulai bosen main facebook dan twitter, tinggal selingkuh ke blogger dah.. haha..

Hadoh, kok jadi banyak bertele-telenya yah? Dari judul, di tulisan kali ini gue mau ngomongin soal lip sing. Temen-temen udah pada tau kan apa itu lip sing? (yang kagak tau, mungkin kalian tau, tapi nggak tau apa isitilahnya.. hehe, kayak temen sebangku gue tuh.. haha). Yups, lip sing itu sesuai dari kata nya: lip means bibir, sing means bernyanyi. Jadi, lip sing itu beryanyi pake bibir. (Cuma gerakan bibir doang, suaranya keluar dari kaset rekaman). Waktu itu gue lagi nonton sebuah live show di salah satu stasiun televisi, gue perhatiin penyanyinya. Kok suara sama bibir nggak pas ya? Gue pikir ada trouble sama pusat ato TV gue yang eror. Tapi setelah gue tanya sama yang lebih ahli, ternyata penyanyi itu tampil pake metode lip sing. Jujur waktu itu gue rada mangkel. Gimana ya? Kaya ngerasa dibohongin aja. Setau gue, yang namanya penyanyi itu kerjanya menghibur penonton dengan nyanyi. Kalo yang ini dia nyanyi, tapi cuma bibir doang, suaranya suara kaset rekaman. Hah, payah.. Kalo tampil dengan cara begitu, apa bedanya sih dengan menipu penonton? Seolah-olah itu tuh menunjukkan kalo dia nggak professional dalam bernyanyi. Mungkin metode lip sing udah jadi bahan yang lumrah buat para penyanyi atau band-band di Indonesia ya? Jujur aja, gue rada kecewa. Coba deh lo bayangin, lo datang jauh-jauh nonton konser Band “X”, lo desek-desekkan sama penonton yang lain itu kan karena lo pengin liat dia tampil secara live (live nyanyi, live performance). Eh, nggak taunya kalian cuma dapet gerakan bibirnya doang. Bibir joget-joget gitu? Haha, kalo gue sih nyesel banget.

Yang gue mau itu adalah nonton seluruh performance-nya. Gimana dia tampil di depan publik, gimana dia bisa ngatur suaranya biar nggak fals, gimana dia tampil dengan gaya yang keren. Bukan malah nonton bibir joget-joget. Kalo cuma gitu doang mah gue juga bisa. Tapi sayang tampang gue nggak laku dijual. Hahaha.. ;-P

Okeh, jadi intinya di sini gue cuma pengen berpendapat bahwa lip sing itu adalah metode nyanyi yang menurut gue itu sama aja menipu penonton. Lip sing terkesan nunjukin kalo penyanyi itu nggak professional. Apalagi buat acara live show. (hadoh, untung idola gue anti lip sing). Metode lip sing itu digunakan buat hal-hal tertentu aja. Misalnya pembuatan klip video atau pas acara manggung, pas kebetulan penyanyinya lagi sakit tenggorokan. Nah, dengan terpaksa dia boleh pakai metode lip sing.

Tapi kalo lagi sehat wal afiat, nggak ada angina nggak ada ujan, dan nggak ada tukang ojek. (biasanya ini karena alasan grogi, takut tiba-tiba suaranya fals gitu? Haha). Haduh, mending jangan jadi penyanyi deh, jadi ahli pantomim lebih cocok. Hehe, pisss… :-P

Gue akan Tunggu Elo Dave!!

Siapa yang nggak kenal sama Dave? Cowok paling kinclong dan tenar di sekolah. Tajir, keren, gaul, dan so cool. Mungkin cuma cewek stress yang nggak ngejar-ngejar dia. Ya, Dave Malihandro. Cowok blasteran Indonesia-Afghanistan ini selalu jadi perhatian para cewek seantero sekolah.
Gue? Gue Rara Setyowati. Cewek asli keturunan Jawa yang lahir dari keluarga sederhana. Nggak gaul, dan juga nggak so cool. Tapi setidaknya muka gue nggak buruk-buruk banget lah. Gue sama Dave memang bertolak belakang. Kalau tadi cewek stress yang nggak ngejar-ngejar Dave, kalau sekarang cowok stress yang ngejar-ngejar gue.
Ngomong-ngomong soal orang stress, satu prestasi baru buat gue. Lo tahu? Gue satu-satunya cewek stress di SMA Putra Bangsa ini. Ya, gue satu-satunya cewek yang nggak tergila-gila sama Dave. Bukan maksud gue sombong nih, tapi memang gue nggak tertarik sama cowok kayak Dave. Si Artis Lokal SMA Putra Bangsa. Di samping memang gue akuin, impossible banget kalau gue ngarep jadi ceweknya. Haha..
“Dave lagi.. Dave lagi…” protes gue saat istirahat di tengah pergosipan tentang Dave.
“Yah, elo Ra. Lo nggak tahu Dave sih. Eh, berita baru nih, Dave lagi jomblo tuh sekarang.” oceh teman gue, Chika.
“Trus kenapa? Lo mau daftar?” tanya gue meledek.
“Ya, gue mau daftar Ra, gue udah tergila-gila sama Dave. Sampai kapanpun gue bakal nge-fans berat sama Dave. Biar dia berubah jadi kodok, tetep gue kejar. Oooh.. Dave..”
“Dasar lo!!” gue tonyol kepala Si Chika Oneng itu.
Begitulah suasana sekolah gue setiap hari. Tiap detik selalu terdengar nama Dave. Nggak ada berita yang lebih menarik kecuali berita tentang Dave. Itu berlaku buat teman-teman gue. Buat gue? No way!! Mau Dave jungkir balik buat senam kebugaran tubuh, atau dia nyebur empang buat lulur tren baru. Gue nggak peduli.
--
Entah ini cobaan atau bukan. Sayangnya, mau nggak mau gue harus sering-sering berhubungan sama Dave. Bencana buat gue. Gue sama Dave ikut seleksi redaksi majalah. Dia terpilih jadi ketua, dan gue jadi wakilnya. Egh, benar-benar musibah. Nggak tahu gimana jadinya gue nanti.
“Eh, Ra! Lo wakilnya kan? Hmm, lo harus patuh ya sama gue. Apa kata gue, lo harus nurut.” ucap Dave setelah rapat re-organisasi kepengurusan.
Sialan banget tuh orang. Belum apa-apa aja dia udah belagu. Harus sabar. Harus sabar. Kalau redaksi majalah sekolah bukan obsesi gue, gue nggak akan ikutan seleksi itu sejak gue tahu Dave juga ikut.

Satu bulan kemudian....
Beberapa kali bareng Dave, gue mulai kenal dia sekarang. Ternyata dia nggak seburuk yang gue kira. Mungkin, dia mulai buat gue luluh. Heh, kayaknya gue harus jilat ludah gue sendiri. Tatapan mata Dave. Itu senjata ampuh dia buat menaklukan cewek-cewek seantero sekolah. Bodohnya gue, gue juga terjebak karena tatapan itu.
“Ra, bikin surat undangan buat rapat!”
“Ra, lo wakilin gue rapat ya!”
“Ra, kumpulin anak-anak dong!”
Tatapan matanya yang selalu buat gue terhipnotis untuk berkata “Ya.” dan sulit untuk berkata “Tidak.” Setelah itu, gue menjalaninya dengan penuh rasa menyesal dan nggak ikhlas. Gue sendiri nggak tahu perasaan macam apa ini. Perasaan harus patuh sama penguasa? Atau perasaan harus berkorban sama orang yang secara nggak sadar gue sayang? No! Nggak mungkin gue jatuh cinta sama Dave, Si Playboy Kacang yang sok bossy. Perasaan gue sama Dave ini memang susah banget gue jelasin. Terkadang gue merasa harus ada buat Dave, kadang gue sebel banget sama tingkah Dave, dan kadang-kadang juga gue bisa terbang melayang kalau Dave mulai tatap gue pakai matanya yang ajaib itu. Nggak tahu deh. Tak terdefinisikan pokoknya. Coba aja gue bisa. Gue akan colok mata Dave saat dia mencoba untuk menghipnotis gue. Tapi sayangnya, gue selalu gagal.
--
Ra, temenin gue sekarang. Gue udah di depan rumah lo!!
SMS dari Dave. Sialan banget tuh cowok. Nggak ngerti ini jam berapa dan waktunya orang apa? Jam 11 malam. Di mana orang-orang udah mulai ngantuk dan mata redup tertutup. Lagi-lagi perasaan itu. Perasaan harus ada kapanpun dia butuh gue. Gue ambil sweater, plus dompet kecil di atas meja kamar gue. Dengan langkah kaki yang sangat berhati-hati, gue diam-diam keluar rumah. Perbuatan yang nggak baik nih. Jangan ditiru ya!
“Apaan sih lo Dave? Gila lo ya? Jam berapa nih?” oceh gue ketus. Antara perasaan kesel, tapi harus ngejalanin.
“Udah lo naik!” Dave aneh banget malam ini. Nggak sedikitpun dia buka kaca helmnya. Dia juga sama sekali nggak menengok ke belakang waktu gue naik motornya. Gila nih orang, nggak lihat-lihat gue siapa. Untung aja gue bukan kuntilanak yang suka nangkring di motor orang.
Perjalanan kira-kira 20 menit. Gue sama Dave sampai di suatu tempat. Tempat itu bagus banget. Dia ngajak gue ke suatu danau di mana ada kunang-kunang bertebaran kelap-kelip. Indah banget. Gue baru tahu ada tempat begini.
Dave masih datar. Diam. Melihat jauh ke depan, tapi nggak fokus dengan apa yang sedang dilihatnya. Dia nggak kayak biasanya hari ini. Dingin banget.
“Lo kenapa sih Dave?” ucap gue mulai pembicaraan.
“Cuma pengen ke tempat ini. Tempat ini tuh penting banget buat gue.”
“Iya, tapi lo gila! Ke sini malem-malem, jam segini. Pake ngajak-ngajak gue. Tadi gue udah mau molor tau!!”
“Sorry!”
What?? Sorry?? Udah sebulan lebih dia partneran sama gue. Udah beribu, bahkan berjuta kali dia buat gue kesel. Baru sekali ini dia bilang sorry ke gue. Belum cukup Dave!
“Lo tau Ra?” dia mulai berkata-kata lagi nih.
“Ya nggak tau lah. Kan lo belom kasih tau gue.” balas gue untuk menghilangkan suasana yang horor ini. Heh, gue benci banget sama kesunyian.
Dave yang gue tahu adalah pribadi yang konyol dan egois. Pokoknya nyebelin banget. Keajaiban dunia ke-11 kalau dia tiba-tiba ngomong serius.
“Ra, gue serius. Gue lagi nggak mood becanda.”
“Oke.” dengan terpaksa lagi gue harus menuruti dia. Jujur, gue benci banget suasana kayak gini.
“Mungkin lo tau….” Dave memulai ceritanya.
“Ya, gue tajir, gue keren, gue juga tenar...” ucap Dave yang masih menggantungkan kalimatnya.
Gue sebel lihat mukanya. Narsisnya kumat.
“Tapi lo perlu tahu Ra, gue nggak se-perfect yang orang-orang kira.”
“Maksud lo?” gue mulai nggak loading sama omongannya Dave.
Dave terdiam beberapa detik, kemudian meneruskan ceritanya.
“Orang tua gue yang sekarang bukan orang tua kandung Ra. Orang tua kandung gue dah meninggal belasan tahun yang lalu pas gue masih kecil. Gue tinggal sama om dan tante gue yang sekarang udah jadi orang tua angkat gue. Tapi mereka terlalu sibuk ngurusin kerjaannya. Gue selalu sendiri Ra. Gue sering banget ngerasa kesepian. Nah, kalo gue kesepian, gue ke tempat ini. Karena gue bisa ngerasa nyaman banget di tempat ini.“ tutur Dave dengan senyum simpulnya.
Dave lagi-lagi tatap mata gue. Deg!! Perasaan gue tiba-tiba berubah. Jantung gue berhenti satu detik, kemudian berdegup kencang. Dave, gila! Jangan buat gue kayak gini. Gue bisa pingsan.
“Nggak usah gitu deh ngeliatinnya.” akhirnya gue bisa kontrol diri gue.
Gue dorong Dave sampai dia berhenti menatap gue. Dia terdorong agak jauh dari posisi gue sekarang.
“Lo tau Ra. Ternyata kalo diliat-liat lo manis juga.” sekali lagi Dave buat gue jadi nggak tahu harus berbuat apa. Gue nggak bisa bayangin muka gue sekarang. Mungkin kayak cumi goreng merah yang masih panas di tengah malam. Aneh kan?
“Ra, ngapain lo bengong?” tanya Dave sambil mengaling-alingkan tangannya di depan muka gue.
“Kita pulang yuk!” ajak Dave ke gue yang masih salting dan bingung harus ngapain.
“Ayoooo….” Dave dengan paksa tarik tangan gue yang masih tetap planga-plongo nggak jelas.
Gue dan Dave naik motor menuju pulang.
--
“Ra, lo mau nggak jadi cewek gue?”
Satu kalimat yang nggak terlupa sejak sebulan lalu. Dia nembak gue. Tiga hari setelah kejadian di danau malam itu. Nggak pernah terbesit di pikiran gue kalau gue jadi ceweknya Dave. Tapi itulah kenyataannya sekarang. Chika apa kabar? Hehe, dia senang-senang aja tuh. Gue masih damai kok sama Chika. Dia bisa terima gue jadi ceweknya Dave. Perasaan Chika ke Dave hanya sebatas perasaan antara fans dengan idolanya. Kalau gue? Lebih dari itu.
Minggu pertama jadian, Dave begitu baik sama gue. Dia ngelidungin gue, dia ngerti apa yang gue mau dari dia. Dave penuh dengan kejutan.
“Ra, ntar malem jam tujuh lo gue jemput ya!” suara Dave di telepon.
Dave ngajak gue ke rumahnya.
“Malam Ra!” ucap Tante Tari begitu gue masuk pintu utama rumah Dave.
“Malam Tante!”
“Dave-nya lagi ke toilet dulu. Kamu tunggu aja di situ ya.!” kata Tante Tari sambil nunjukkin gue ke sebuah ruangan. Ruangan kesayangan Dave.
Gue masuk ke ruangan berwarna dominan biru itu. Gue lihat ke sekeliling ruangan, Dave memang tergila-gila sama birunya laut. Lalu, pandangan gue mulai tertuju pada sebuah meja besar. Di atasnya ada banyak barang koleksi yang tertata dengan sangat rapi. Gue kaget saat gue mendekati meja itu, gue lihat barang-barang yang jelas gue tahu siapa pemiliknya. Kotak pensil Tiara, jepit rambut Chika, jam tangan Andre, dan barang-barang lain yang gue sendiri nggak tahu kenapa bisa ada di ruangan Dave. Dave nggak tahu sih, betapa sewotnya Chika begitu tahu jepit rambut barunya hilang. Bisa tamat sejarahnya Chika nge-fans sama Dave.
Sebelum gue sempat sentuh barang-barang itu, Dave tiba-tiba datang dengan muka merah.
“Siapa yang suruh lo masuk ruangan ini Ra???!!” Dave kelihatan begitu marah sama gue.
“Sory Dave, ee.. ee.. tadi guee…”
“Keluar sekarang!!!!” bentak Dave sangat keras.
Jatung gue berdegup kencang. Gue nggak nyangka kalau Dave akan semarah itu sama gue. Gue keluar dari ruangan itu. Sampai depan rumahnya, Dave menghentikan langkah gue.
“Ra, tunggu!!” pinta Dave.
Gue berhenti dan berbalik kearah Dave. Raut mukanya berubah. Datar, tenang, dingin, dan putus asa.
“Ra, gue mohon lo jangan bilang siapapun soal ini.”
“Dave, gue nggak nyangka.. ternyata elo….”
“Ya, gue klepto.”
Kalimat yang baru aja gue dengar, buat gue benar-benar shock. Gue nggak pernah nyangka ini semua. Dave seorang klepto??
“Kenapa? Lo malu punya cowok klepto?” tanya Dave sinis.
Mulut gue serasa terkunci. Gue nggak bisa berkata apapun.
“Mulai sekarang kita putus Ra!!”
Gue nggak tahu harus berbuat apalagi sekarang. Kata putus udah keluar dari mulut Dave. Haruskah gue terima keputusannya?
“Dave, please jangan kayak gini! Gue bisa ngerti elo Dave. Gue sayang sama lo!” ucap gue meyakinkan Dave.
“Bulshit Ra! Pergi lo! Sekarang gue udah nggak butuh elo!”
Beribu penjelasan nggak akan mempengaruhi Dave yang sedang kalut. Dave, apapun kekurangan lo, gue bisa terima elo. Andai lo tahu Dave, gue pengin banget ada di samping lo sekarang. Menghapus air mata lo yang mengalir.
--
Setelah kejadian malam itu di depan rumah Dave, gue nggak pernah lihat Dave. Dave tiba-tiba menghilang begitu aja. Gue tanya teman-temannya, tapi nggak satupun tahu dimana keberadaan Dave. Nomor ponselnya selalu nggak aktif. Dave, dimana lo sekarang?
“Ra, ada titipan nih.” panggil Dito, sohibnya Dave.
Dia mengulurkan sepucuk surat beramplop biru.
“Ya udah Ra, gue cabut ya.” kata Dito menyadarkan gue dari lamunan yang terus memikirkan Dave.
Gue buka amplop surat itu.
Dear Rara,
Ra, sekarang lo udah tau kalo gue klepto. Lo udah tau kalo ternyata gue yatim piatu. Lo udah tau semuanya tentang gue. Bukan sebuah keputusan yang bijak kalo begitu aja gue mutusin elo. Gue tau, lo pasti nggak terima dengan semua ini. Maafin gue Ra! Tapi jujur, sebenernya gue masih sayang sama lo. Gue malu sama lo Ra. Gue ngerasa nggak pantes buat lo. Malam kemarin mungkin jadi malam terakhir buat lo ngeliat gue untuk sementara. Gue janji sama lo. Gue bakal sembuh, dan gue akan kembali buat lo. Sampai jumpa Ra. Lo harus inget, gue selalu ada buat lo.

Dave

Air mata gue turun saat gue baca kalimat terakhir Dave. Lo bohong Dave! Lo bohong! Lo bilang lo selalu ada buat gue? Tapi nyatanya? Sekarang lo pergi Dave. Lo ninggalin gue. Gue nggak tahu kapan gue bisa ketemu lo lagi.
Gue lari secepat mungkin untuk mengejar Dito yang mulai jauh dari gue.
“Dito, tunggu!” teriak gue dari jarak tujuh meter.
“Dit, Dave kemana?” tanya gue putus asa.
“Sorry Ra, gue udah janji sama Dave untuk nggak ngasih tau elo.”
“Tapi Dit, gue ceweknya. Gue berhak tau.”
“Sorry Ra. Gue nggak bisa ngasih tahu lo sekarang. Yang jelas, Dave udah nggak di kota ini, dia udah pergi kemarin untuk cari tempat yang lebih baik buat dia. Dia pesen ke gue untuk bilang ke elo kalo dia masih sayang sama lo, Ra.” jelas Dito.
Gue mulai nggak peduli sama penjelasan Dito. Suaranya terdengar samar-samar di telinga gue. Gue terlambat. Dave udah pergi jauh, gue nggak tahu dimana dia sekarang. Pandangan gue mulai kabur. Gue berjalan tak tentu arah, dunia serasa memutar-mutar tubuh gue yang oleng. Semuanya tiba-tiba gelap.
Okey Dave, good luck buat lo! Gue yakin lo bisa sembuh. Gue akan tunggu elo Dave!

THE END

CoTaKa

Berawal dari upacara penutupan MOS, saat itu pemimpin upacara salah komando. Ega terus-terusan ngetawain tu orang. ”Masa pemimpin upacara sampe salah komado.” Keesokan harinya, dua orang itu ga’ taunya sekelas, dan mereka dijadiin bendahara & ketua kelas. Di situ Ega baru tau kalo cowok itu bernaa Hiro, Hiro Pamungkas komplitnya. Awalnya sih, standar lah. Bahkan, meurut Ega ketua kelas itu agak kurang pengalaman. He..he.. (sok teu dia). Masa nyiapain kelas pake Bahasa Indonesia mulu, padahal semua dah tau, kalo nyiapin kelas tu harus pake Bahasa Inggris. International School gitu lohh!! (wadduh..apa kata dunia). Belom sempet negur, Hiro dah nyadar duluan, ya udah deh, Ega ga’ jadi ngomong.
Kurang lebih dua minggu mereka sekelas, mereka belum akrab-akrab juga tuh. Heeeh.. pas kebetulan ada acara ulang tahun sekolah tuh, Ega dah sibuk ini itu, rapat lah, ini lah, itu lah (biasa..awal taun mah rajin, ntar kalo dah akhir taun ya males-malesan). Sementara Ega sibuk ini itu, eeeh, ketua kelasnya malah diem aja. Akhirnya, cuma Ega yang mimpin rapat, terus pesertanya juga dikit doang (kadang kesannya nganyus banget ya?? Tapi gimana lagi, sebenernya sih ngga’ pantes, harusnya ketuanya). Akhirnya acara ulang tahun sekolah berlangsung dengan tidak lancar dan penuh hambatan. Anak-anak protes, acaranya kurang berkesan (he..he..maklum yang ngurus juga Ega, dia kan belom ahli, belom pengalaman maning). Fyiuuhh.. pengalaman pertama buat Ega. Ya..sedikit tidak mengenakkan hati buat dia.
Hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan, bumi ke bumi (waddow..). Hubungan antar pengurus kelas datar-datar aja. Suatu hari, Ega mimpiin ketua kelas 3x berturut-turut. Awalnya, Ega geli banget. ”Iiih..ga’ mungkin lah..dia buka tipe gue kali..” Tapi, lama-lama ada rasa yang beda gitu (waaah..jangan-jangan kuwalat nih,, gara-gara dah nyepelein). Kurang lebih sebelum masuk bulan puasa tuh, Ega lama-lama nyadar kalo dia suka sama Hiro. Padahal nih ya, Ega selalu bilang, ”Ah, Hiro apaan sih, cowok kaya gitu kok banyak yang demen. Apanya yang spesial sih? Please deh..” ho..ho..ho.. bener-bener dia emang harus jilat ludahnya sendiri. Sejak itu tuh, Ega mulai demen sama ketua kelasnya (biar banyak saingannya, tapi tetep keukeuh euy..)
Sejak itu juga, mulai dah mulai Ega kasih perhatian yang ekstra buat Hiro (huaaa..) Koleksi SMS dari dia, rela berkorban (ceile…), tapi sayang, Hiro ga’ pernah nyadar (dasar “cotaka”, cowok tak peka). Pernah ya, waktu itu, mapel terakhir, lagi ujan. Terus Hiro ada rapat OSIS, nah Ega ga’ tau, Ega pikir, “Kemana ni orang?? Tas, meja, buku-bukunya masih pada berantakan. Tapi, orangnya dah ga’ ada”. Ega tanya sana-sini, ga’ ada yang tau, akhirnya dia rela nuggu sampe 3 jam demi mastiin kalo pujaan hatinya ga’ kenapa-napa (ho..ho..) Yuphz, dari arah barat, terlihat sesosok orang yang bener-bener dah ga’ asing lagi di mata Ega (diliatin mulu ya bu??). Hiro. Jalan..jalan...jalan..berhubung dia lewat depan mata, langsung deh, pertamanya sih, Ega rada-rada jaim gitu. (padahal mah, penasaran banget, pengen nanya, sebenernya abis ngapain sih dia). Untung bin beruntung dan kapan ruginya, Hiro nanya, ”Ga, masih di sini? ga’ pulang? Nunggu siapa?”. Dengan gagapnya dan penuh keyakinan (upz..kaya gimana tuh?) Ega jawab, ”ga’ papa, aku ga’ nunggu siapa-siapa, aku lagi nuggu ujan” wew...lantas Hiro langsung bilang, ”Yee...ujan kok ditungguin.” Ega langsung deh, nanya-nanya, ”Lho, kamu sendiri?”
”Engga, tadi aku abis rapat OSIS.”
”Ooooo....”
Hiro langsung masuk kelas, ngambil tas, terus say ”Good bye” to Ega. Whatt?? Udah?? Gitu doang?? Nunggu 3 jam cuma dapet itu?? Tapi yaa..dapet gitu aja Ega tuh dah senengnya setengah mati. Sampe sepanjang perjalanan dia teriak-teriak sendiri. Ga’ pake jas ujan lagi (untung naik motor, jadi ga’ ada yang perhatiin)
Please deh, konyol ya..nunggu sampe 3 jam cuma dapet gitu doang dah senengee poll.. Itu salah satu bentuk pengorbanannya Ega buat Hiro, belum lagi setiap Hiro tanding Ega pasti ada buat dia, (alesannya mah, “Aku kan bendahara yang setia, tiap acara kelas pasti ada..” padahal mah cuma pengin liat Si Ganteng nonton. (hax..hax..hax..)
Suatu hari pernah Hiro bikin Ega kecewa, biasa lah.. emang dasarnya cotaka, terus dikelilingi sama banyak cewek, ya makin jadi aja. Ega nangis (baru kali ini yang namanya Ega, the most cheerful girl in the world, nangis gara-gara cowok.) Huaaa.. Mang bener-bener Hiro, punya pelet apaan tu, sampe-sampe dia jadi cowok pertama yang bikin Ega nangis) Hiro kayaknya ga’ pernah tau.. yaaa.. namanya juga cotaka, cotaka, cotaka, sekali lagi cotaka, cotaka.. cowok tak peka.
Makin hari Ega makin sayang aja sama Hiro. Tapi rasa sayang (apa malang??) itu ga’ pernah disadari sama Hiro. (gludddaaaaggg)
Akhirnya rasa sayang itu ilang. Ya, mungkin juga oleh waktu dan rasa bosan (wadduh, bahasane loh..berat). Sejak itu, Ega niat ga’ bakal peduli lagi sama yang namanya Hiro. ”Mo jungkir balik kek, mo jengking kek, mo muter-muter kek. Bodo amat!! mang gue pikirin.”
Nah, tiba-tiba HP-nya Hiro ilang di telan pohon (lho kok??) ye..maksude ilang di pohon (kok bisa??) iya, ditaro di pohon, terus ilang diambil orang (0oo..) Jelas aja, Hiro langsung lemes, sedih deh, kaya putus asa gitu..wewewew..hati emang ga’ bisa di bohongin, biar dah bilang ga’ bakal peduli juga, tetep aja Ega ikutan sedih. Mikirin gimana nasibnya Hiro (dasar ga’ konsisten!!). Akhirnya, HP itu dah bener-bener ga’ ketemu. Suatu hari, Bu Refa, guru Bahasa Indonesia yang menurut Ega guru tergaul (coz suka main Friendster bareng siy ya..). Dia ngasih tugas akhir semester, tugasnya yaitu suruh bikin cerpen. Nah, si Ega dapet ide buat jadiin cerita ilangnya HP-nya Hiro. Ega bertindak jadi pohonnya. Ya..intinya pohon itu ngerasa bersalah karena dia ga’ bisa bantu apa-apa, kerasa ga’ berarti buat Hiro, dan kagum sama Hiro (ehm..sedikit mewakili perasaannya Ega niyh..) pas cerpen itu dah jadi, he..he..he.. Hiro penasaran juga. Akhirnya doski baca juga tu cerpen. Huaaa... langsung deh, ntu anak kaya salting gitu. Tapi kata temen-temennya Ega mah, doski kege-eran. Buat Ega, ”Aahh..masa bodo teuing..” cerpen itu dah terlanjur jadi, dan udah terlanjur dibaca sama dia.
Suatu hari, Ega and prends dihebohkan sama sebuah Friendster bernama Hiro Pamungkas, cah boement.. Profilnya tuh yang aneh-aneh lah..(tidak mencerminkan seorang Hiro Pamungkas maksude..). Secara Ega penasaran, (ehm..ehm..katanya ga’ peduli..) dia langsung nanya sama orangnya. Hiro tuh malah cekikikan ga’ jelas. Tanpa bilang “Iya..itu punyaku.” atau ”Bukan..itu bukan punyaku..” pokoke gantung lah. Dasar wong ora genah.
By the way any way busway and cakwe..(lho??) sejak kejadian cerpen itu, Hiro rada berubah kelakuannya ke Ega, tambah bae, mungkin doski baru nyadar klo selama ini Ega tuh care banget sama dia. (ehm..ehm..) Mang dasar dianya aja yang cotaka. .cowok tak peka.. pernah ya, suatu hari, Hiro lagi duduk di samping pohon yang bertindak sebagai Ega di dalam cerpennya Ega. Hiro bilang, “Ega aku lagi duduk di samping kamu, aku seneng lho, bisa duduk di sini..” Huaaa… jelas-jelas terang, Ega senengnya ga’ ketulungan. Sangat amat senang sekali. Terus, waktu hari Jum’at, Ega emang hari itu dateng agak siangan (maklum, lagi classmeeting. Jadi ya, datengnya sekarepe dhewe), pas di lorong menuju kelas, dia papasan sama Hiro. Waktu itu doski lagi jalan bareng Mas Imam, seniornya di organisasi PMR (ngomong-ngomong, Hiro juga ketua PMR lho.. ntu dia yang bikin Ega tambah ehm..ehm..). Pas mereka papasan, dalam hatinya Ega, “Waduh.. papasan sama dia lagi..heeehhh..paling dia diem aja, ga’ bakal nyapa deh..wuih..jaim dikit dong, gue harus biasa aja nieh..” Tiba-tiba terdengar suara yang sangat merdu (apa iyalah?)
“Ega..” suaranya Hiro, dia nyapa Ega. Waktu itu Hiro keliatan senyum, ikhlas banget.. Ega mbatin, ”Wew, dia nyapa gue..he..he..” lagi-lagi Ega ngerasa seneng abis. Soalnya, biasanya mah, boro-boro senyum, nengok aja engga. Ga’ tau ya.. entah pura-pura ga’ liat, ato emang beneran ga’ liat. Pokoknya, sejak itu dia jadi berubah. Kata sohibnya Ega, si Titis, Hiro tuh dah mulai ngerespon. Ya elah..dah lama banget gini, baru sekarang kerasanya.
Di suatu malam yang dingin, (wuidiw..merinding dong bu..) Ega dapet SMS

“I’m just afraid of being on this side of love. *biarlah yang dulu jadi masa laluku, dan kau menjadi masa kini serta masa depanku.”

Awalnya sih, jujur, Ega ge-er. Dikiranya itu Hiro. (oalah jann..ngarep!!). Tapi setelah Ega telusurin lagi, ternyata bukan Hiro, tapi temen SMP-nya yang dari dulu dicap paling gombal. Dia ngelakuin ini karena pengen bales dendam, Ega tuh suka ngusilin orang pake model-model begituan (he..he..Ratu Usil kok diusilin sih, Wagu Jaya Internasional!!) He..he.. capek deh! Emang dasar ya…cinta.. kadang bisa bikin kita jadi gila, menyingkirkan semua logika, mementingkan segala emosi yang ada.. gomball!!). Nunggu sampe 3 jam, kerasa cuma 3 menit. Tanpa kepastian, dipasti-pastiin. Ga’ bisa, dibisa-bisain. Ga’ nyambung, di sambung-sambungin. Rela ngelakuin apa aja, biar ga’ direspon, biar udah bikin nangis, teuteup..kita ga’ bakal kapok ngerasain itu. Udah bilang ga’ peduli juga, tetep aja masih peduli. Membuat kita jadi orang yang tidak konsekuen dan tidak konsisten serta tidak disiplin (apa hubugannya??).
Heeeeeehhh...dasar cintrong, bisa membuat kita jadi gilong..ha..ha..ha..




By : LeKa_tOenG

Curahan Hati Sebuah Pohon Kecil

Hari ini matahari terik menyengat, sebagian besar anak-anak bergegas pulang kembali ke rumah masing-masing. Seperti biasa kau berkumpul dengan sekelompok temanmu di suatu tempat, tempat yang memberi kenyamanan bagimu dan teman-temanmu. Kau menyebutnya sebagai markas besarmu. Tempat itu dekat dengan tempatku. Tempat di mana selama ini aku bertahan hidup. Banyak orang yang tak peduli akan keberadaanku. Termasuk kau. Hanya sinar matahari pagi yang memberiku semangat untuk bertahan hidup, dan rasa belas kasihan orang yang memberiku minum untuk melepas dahagaku ini.
Siang itu kau berbincang dengan seorang teman perempuanmu yang aku tahu bernama Dyna. Sepertinya kau terlihat sangat asyik. Sampai kau tak menghiraukan aku yang ada tepat berada di sampingmu. Aku hanya terdiam mendengar semua perbincangan kau dengannya. Aku merasa iri, ingin rasanya aku menjadi bagian dalam perbincangan yang menarik itu. Aku ingin berada di tengah kalian dan dapat dengan bebas mengutarakan semua perasaanku selama ini. Tapi, apa yang bisa aku lakukan, aku hanya bisa terdiam. Saat itu, tak satupun orang yang peduli denganku. Di tengah perbincangan, seseorang mendekatimu. Memanggilmu dengan sebutan Dimas.
“Oiy,.. Dimas…”
“Ya,..ada apa Ton?” suaramu yang terdengar sangat khas.
“Pinjem HP dong…” pinta temanmu itu yang ku tahu bernama Toni.
Lalu kau mengeluarkan sebuah handphone dari saku celanamu dan memberikannya pada Toni, teman yang biasa berkumpul bersama di markas besar itu. Kemudian Toni membawa handphonemu pergi sambil menekan digit angka yang ada pada handphone itu.
Telah lama aku mengenalmu, tapi baru kali ini aku tahu bahwa kau bernama Dimas, Dimas yang dulu pernah ku kagumi. Tapi kini tidak. Aku sadar, kau takkan pernah tahu dan takkan pernah peduli karena aku hanyalah bagian kecil darimu. Kau meneruskan perbincanganmu dengan Dyna. Perempuan yang sejak tadi ada di sampingmu.
Beberapa saat kemudian Toni datang dan membawa handphonemu kembali. Toni tahu, kau sedang asyik berbincang dengan Dyna, sampai kau tak sadar bahwa Toni mengajakmu bicara. Toni membiarkanmu terlarut dalam perbincanganmu dengan Dyna. Kemudian, dia menitipkan handphonemu padaku lalu meninggalkannya.
Tak terasa hari semakin senja, matahari yang tadi terasa terik perlahan menjadi hawa sejuk. Kau menghentikan pembicaraanmu dengan Dyna dan bermaksud pulang meninggalkan markas besarmu.
Oh, tidak. Kau lupa mengambil handphonemu padaku. Aku memanggilmu, tapi kau tak mendengar karena kau sudah terlalu jauh dari tempatku. Ah, sudahlah ku pegang handphone ini untuk sementara, biar besok kau yang mengambil di tempatku.
Hari semakin gelap, aku mulai merasa kedinginan. Aku ingin beristirahat untuk sejenak.
”Kring...kring...” Suara handphonemu berdering. Ada sebuah panggilan.
Ingin aku menjawab panggilan itu, tapi tak bisa karena handphone ini bukan milikku. Aku tidak berhak menjawabnya. Tiba-tiba ada seseorang yang menghampiri tempatku, memandangiku dengan penuh rasa heran. Dia melihat sebuah handphone yang sedang ku pegang. Tanpa pikir panjang, orang itu memaksa mengambil handphonemu dari genggamanku, aku pun tak berdaya melawan. Orang itu membawa handphonemu pergi jauh dari tempatku. Aku berteriak sekuat tenaga, tapi tak ada yang bisa menolongku. Teman-teman setiaku-pun tak berdaya, hanya bisa melihat, membiarkan orang itu lari membawa handphonemu.
Aku menangis sejadi-jadinya. Aku menyesali diriku sendiri. Mengapa aku tak bisa menjaga barang kesayangan orang yang pernah ku kagumi. Tak lama kemudian kau kembali ke tempatku, dan mencari handphonemu yang tadi Toni titipkan padaku. Kau tak bertanya padaku, kau hanya memasuki markas besarmu dan mengobrak-abrik semuanya. Kau terus mencari handphonemu yang tadi dibawa lari oleh orang itu.
Aku menyesali kejadian tadi, ”Dimas, maafkan aku. Aku menyesal. Tolong maafkan aku.”
Aku terus memohon padamu agar memberiku maaf, tapi sepertinya kau tak peduli. Kau terus megobrak-abrik markas besarmu. Kemudian kau pergi dalam kebigungan. Sungguh aku benar-benar merasa tak berguna. Membiarkan orang itu mengambil handphonemu dari genggamanku sendiri. Aku tak berdaya.
Keesokan harinya kau berkumpul bersama teman-temanmu. Namun, kau terlihat tak seperti biasanya. Sedih, menyesal, bingung, rapuh. Itulah yang ku lihat di dirimu. Teman-temanmu terus memberimu semangat. Namun, sebuah senyuman tak kunjung terpancar dari bibirmu.
“Ayo Dimas semangat, jangan sedih terus dong..” ucap salah seorang temanmu.
Kau hanya terdiam menyesali semuanya. Hanya sedikit senyum semu terlihat untuk mengurangi rasa resah teman-temanmu yang begitu menyayangimu. Kau begitu sedih, bingung memikirkan apa yang harus kau katakan pada orangtuamu. Kau telah bertanya pada semua orang, namun tak ada yang tahu. Toni hanya bilang bahwa dia telah menitipkannya padaku. Saat kau bercerita tentang hilangnya handphonemu, matamu memerah, kemudian kau menunduk. Seperti ingin mengeluarkan air mata yang sejak semalam kau tahan.
Melihatmu begitu, hatiku teriris. Aku sungguh merasa bersalah. Aku sudah minta maaf, namun kau tak mempedulikanku. Aku takut kau membenciku. Kau terus memandangku dengan penuh harap akan kembalinya handphonemu.
Saat semua tak ada yang peduli denganku, Dyna mendekatiku. Dengan halus dia bertanya padaku, ”Kamu tahu di mana handphone Dimas?”
Aku menjawabnya, aku menjelaskan semua yang terjadi semalam padanya. Tapi sepertinya dia tak mengerti. Bahkan beberapa temannya menuduh aku yang menyembuyikan handphone Dimas sambil tertawa melihat Dyna yang sedang berbicara padaku. Sungguh, kalaupun aku mampu menyembunyikan handphone Dimas, orang itu tak kan bisa merebutnya dariku. Akan ku berikan handphone itu pada Dimas, hingga ia dapat tersenyum kembali.
Tapi apa dayaku? Aku hanya bisa diam saat orang itu merebut handphone Dimas dariku. Aku hanya bisa diam dan menangis kesakitan saat banyak orang melukaiku. Tak ada satupun orang yang mengerti aku. Mereka tak peduli denganku. Karena aku hanyalah sebuah pohon kecil yang hampir mati karena hujan tak kunjung turun ke bumi. Pohon kecil dalam sebuah pot hijau kelabu yang dulu pernah kau berikan padaku. Tak ada orang yang memberi rasa belas kasihan untukku. Air mata Dimas yang jatuh di telingaku, membuatku ingin terus bertahan hidup dan senantiasa melihat kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya. Membayar semua kesalahan yang telah ku lakukan padanya.
”Dimas, maafkan aku. Aku tak bisa menolongmu. Aku tak bisa menghiburmu di kala kau sedang sedih. Bahkan aku tak bisa memberimu kesejukan saat kau berada di dekatku. Karena aku hanyalah sebagian kecil darimu. Sebagian kecil oksigen di udara yang kau hirup dari tubuhku. Aku hanyalah sebuah pohon kecil yang ku rasa tak begitu berarti bagimu.”
”Sebuah pohon kecil yang bodoh, berkhayal bisa menjadi bagian yang terpenting bagi umat manusia, tapi kenyataan memperlihatkan bahwa di mata mereka aku tak berarti. Karena aku hanyalah sebuah pohon kecil.”

THE END

By: LeKa ”toeng-toeng”

Apa Mungkin??

Apa Mungkin???

Kau membuat ku berantakan
Kau membuat ku tak karuan
Kau membuat ku tak berdaya
Kau menolakku acuhkan dirku
Bagaimana caranya untuk
Meluluhkan kerasnya hatimu
Ku sadari ku tak sempurna ku tak seperti yang kau inginkan
Kau hancurkan aku dengan sikapmu
Tak sadarkah kau telah menyakitiku
Lelah hati ini meyakinkamu
Cinta ini membunuhku....

Tak terasa air mata ini menetes di tengah lantunan lagu itu. Aku teringat akan seseorang. Seseorang yang dulu begitu ku kagumi. Dia seorang yang tampan, gagah, baik, bijaksana, bertaggungjawab, dan masih banyak lagi yang lain. Aku sungguh sangat mengaguminya.
Tapi itu dulu, ketika aku belum begitu megenalnya. Dulu ketika aku belum dekat dengannya. Sekarang, entah seperti apa perasaanku ini padanya. Marah, sedih, benci, kecewa, takut, meyesal, bercampur aduk menjadi satu. Bagai air keruh. Mungkin.
Aku tak tahu, apa yang terjadi padaku saat ini, perlahan aku seperti mulai membencinya. Aku merasa dia tak pernah peduli denganku, apapun yang ku lakukan untuknya. Entah, apa yang ada dalam pikirannya saat ini. Apakah marah, benci juga, segan, atau tak ada apapun. Hanya aku saja yang mengada-ada.
Hujan turun bertambah deras, menambah suasana menjadi semakin haru, mengenaskan. Bagiku. Air mata ini sulit dihentikan saat makin jelas bayanganmu yang terus menghantuiku. Berkali-kali aku mencoba berlari dari semua ini. Tapi, tetap tak bisa. Tak bisa. Tak bisa. Entah sampai kapan.
Air mata semakin basah terasa, aku tak bisa bayangkan seperti apa bentuk mukaku. Aku seorang Ega yang dikenal selalu ceria, yang tak pernah sedikitpun termenung, yang lihai menyembunyikan perasaanya. Sedu, sayu, hampa.
Aku memang bukanlah siapamu Dimaz, tapi aku hanya ingin.......
”Ega.........!!!” suara mama mengagetkanku.
Aku bergegas mengusap air mataku yang tadi tumpah. Buyar semua.
”Ada apa ma?”
”Ada telepon dari Dimaz.”
Aku tersentak. Ada apa dia menelponku. Tak biasanya. Baru saja aku menangis karenanya. Segera ku perbaiki suaraku yang tak jelas bentuknya.
”Hallo!”
”Hallo, ini Ega?” suara dari seberang yang membuat hatiku tak karuan.
”Iya, ada apa Dim?”
”Oh, ga’ ada apa-apa, aku cuma mau pastiin kalo kamu lagi di rumah.” suara Dimaz yang akrab ku dengar. Aku hanya bisa terdiam. Tak menjawab satu kata pun.
”Ega, kamu kenapa? Kamu lagi nangis?”
Sungguh aku tak dapat menahan lagi, gagang telepon kuletakkan lagi, dan aku berlari ke kamar. Mama hanya bingung melihat tingkahku yang belakangan agak aneh.
Tangisan yang tadi sudah reda mulai mengalir lagi. Sungguh benar-benar aku tak tahu apa yang sebenarnya aku rasakan. Tiba- tiba ku dengar deringan handphoneku, telepon dari Dimaz. Sengaja aku membiarkannya. Aku tahu, jika aku mengangkatnya pasti aku takkan bisa bicara sedikitpun. 7 panggilan tak terjawab. Maaf Dimaz, sepertinya aku harus membuat jarak denganmu. Aku terus menangis, menangis dan menangis. Tak ada satupun orang yang tahu, hanya tetesan air hujan yang menemaniku saat itu. Aku tertidur.

......................................................................................................................

”Ega maaf kalau aku bikin kamu nangis, sunguh aku ga’ sengaja.. Aku ga tahu kalau aku dah bikin kamu nangis.. Ega, pliss..maafin aku..maafin aku iaa...”
Aku tak tahu apa yang baru saja ku lakukan hingga Dimaz berkata seperti itu padaku. Aku juga tak tahu aku menangis karena apa.
Sejak kejadian itu, Dimaz berubah, dia mulai memperhatikanku. Aku merasakannya. Aku seperti tak percaya bahwa ini akan terjadi. Malam hari, ketika semua telah terlelap dalam tidurnya. Handphoneku berdering. Ada pesan singkat ”087837959913”

”Noting! I’m just afraid of being on this side of love. Biarlah yang dulu jadi masa laluku dan kau menjadi masa kini dan masa depanku.”

What?? Siapa nih? Aku bertaya-tanya dalam hati. Lalu, ku jawab pesan itu.

”Maksudnya apa?? Trz ni siapa, Kamu salah kirim pa?? Ato lagi mabok gitu??”

”ga’ kok, aku ga lagi mabok..”

Dia tak mejawab dan mengatakan siapa dia sebenarnya. Mungkin aku akan senang ketika aku tahu siapa dia sebenarnya, tapi rasa senang itu akan menjadi perasaan semu karena aku tak pernah tahu siapa dirinya. Bahkan suatu hari nanti aku akan meyesal, karena aku tak pernah tahu siapa orang yang akan menjadikanku sebagai masa kini dan masa depannya.
Cerita itu berakhir di situ saja, orang itu tak pernah lagi menghubungiku.
Rabu pagi, ketika aku sampai di sekolah, anak-anak telah menunggu. Kami ingin membicarakan recana liburan bersama yang telah kami rencanakan jauh hari. Tapi, Dimaz sebagai ketua kelas belum juga datang, ku coba menghubungi nomornya tapi tak kujung aktif. Terakhir aku bertemu dengannya hari Sabtu itu, dan terakhir aku berhubungan degannya ketika dia memita maaf padaku lewat pesan singkat itu. Sejak itu, tak ada lagi yang tahu dimana Dimaz, kuhubungi tempat kosnya, tapi Dimaz tak ada. Tak ada yang tahu di mana rumah Dimaz, karena jaraknya terlalu jauh dari sekolah. Akhirnya kami membicarakan recana liburan tanpa kehadiran ketua kelas, mau bagaimana lagi, ini semua terpaksa, tak ada yang tahu dimana Dimaz. Bagai ditelan kloset (he..he..he..)
Sudah beberapa hari ini Dimaz tak kelihatan batang hidungnya, aku merasa sedikit khawatir, apa dia sakit? Terkadang aku berpikir, sebentar lagi kita berpisah, aku mengambil jurusan IPS dan dia mengambil jurusan IPA. Pasti dia akan melupakanku. Bahkan mengenalku lagi saja tidak, karena terlalu banyak urusan dan tak ada waktu lagi untukku. Aku takut kehilangan. Kehilangan sesuatu yang terbiasa ada dalam hatiku. Heeeeh.... Dimaz.
Keesokan harinya, akhirnya ku lihat juga batang hidungnya.
”Woy, kamu kemana aja?? HP ga’ aktif, di tempat kos kagak ada, rumah ga’ tau dimana.. Anak-anak dah pada nyari tuh. Liburannya jadi ga’??”
”Ooh..jadi dong. Kemaren aku di rumah kok, biasa...lagi males ke sekolah. Abiz jauh sih..”
”Hoooo... makanya punya rumah tuh jangan di pelosok ya Maaas..”
Kami memang hobi saling meledek. Becanda itu tak berlagsung lama ketika Endi datang dan megajak kami untuk membicarakan masalah liburan tadi. Usai rapat, Dimaz berkata bahwa ia ingin bicara padaku. Ia memintaku datang di depan kelas. Ketika aku datang, banyak teman-teman yang menemaninya. Lalu Dimaz berkata, ”Ega, sebelumnya aku minta maaf kalau aku sering bikin kamu nangis, bikin kamu marah, bikin kesel, bikin jengkel, dan lain-lain deh.. maaaaf banget.!!”
”Ih, apaan sih Dim, jangan becanda dee,, jangan sok teu..” kataku untuk mencairkan suasana yang begitu tegang bagiku
”Aku ga’ sok teu, aku emang tau, dan aku ga’ lagi becanda..aku serius..”
Hati ini terasa semakin berdebar. Tak tahu apa yang harus ku lakukan. Lalu, dia meneruskan kalimatnya yang telah terangkai rapi.
”Sebenernya, yang kemarin SMS kamu itu aku, dan selama beberapa hari ini aku ga’ masuk karena aku ga’ tau apa yang harus aku lakuin buat kamu di saat-saat terakhir kaya gini.. ”
Tak tau apa yang baru saja terjadi, aku seperti mimpi. Apa mungkin ini benar-benar terjadi?? Apa mungkin Dimaz berkata ini padaku??
”Ega, tenang aja deh, kamu ga’ lagi ngayal kok, dan aku ga’ lagi mabok..he..he..he..”
”Terus, mau kamu aku gimana?” tanyaku menanggapi pembicaraannya dari tadi.
”Kamu mau jadi cewek ku??”
”Gubrraaaaaaggggg...” aku seperti ingin pingsan, oh tak terbayang.. Tuhan, apa ini benar-benar terjadi?? Apa mungkin??
”Krrrrrrrrrrriiiiiiiiiinnggg......” Suara jam beker yang begitu mengagetkanku. Oh tidak, ternyata cuma mimpi. Uuuuh, andai saja itu benar-benar terjadi.

Love is Sacrifice


Pagi hari yang cerah, burung-burung berkicau riang, angin sejuk berhembus membuat tubuh terasa malas beranjak dari tempat tidur. Memulai hari, hari yang akan penuh dengan tantangan. “Tania…bangun Tan!!”, teriakan ibu yang sudah tak asing lagi bagi Tania, gadis berumur 15 tahun yang baru saja lulus dari sekolah menengah. Kini, ia akan memulai hari baru di sekolah yang ia cita-citakan, SMA Tunas Bangsa. Tubuh Tania masih terasa lemas, sementara matahari makin memancarkan sinarnya dari ufuk timur. Terpaksa Tania harus menghilangkan rasa malasnya. Tania beranjak dari tempat tidurnya, mengambil handuk yang sudah siap di atas meja. Berjalan menuju kamar mandi, sebelum sampai, ia mencicipi lezatnya masakan ibu yang telah siap disantap.

”Ehm...enaaaak..”.

”Iiih, dasar jorok anak ibu!! Mandi dulu sana! Nanti baru sarapan. Ayo cepet nak! udah siang tuh!” celoteh ibu. Tania hanya mengangguk-angguk dan tersenyum mendengar celotehan ibu yang sejak pagi buta telah terdengar.

Pukul 07.00 WIB tepat, bel berbunyi. Membuat Tania yang sedang asik duduk di kelas harus segera turun ke lapangan untuk mengikuti upacara MOS. Satu jam lamanya upacara MOS berlangsung, namun terasa tiga jam untuk gadis tidak sabaran seperti Tania. Upacara MOS selesai, acara dilanjutkan oleh kakak-kakak kelas. Mereka memberi pengarahan pada adik barunya untuk lebih jauh mengenal semua tentang SMA Tunas Bangsa. Selama tiga hari ke depan, Tania dan teman-teman seangkatannya akan menghadapi penggojlokan yang telah lama disiapkan oleh kakak kelas.

Tiga hari yang cukup mencekam telah dilewati, rasa takut telah hilang, saat yang ditunggu-tunggu oleh Tania selama tiga hari ini, Upacara Penutupan MOS. Pemimpin upacara menyiapkan segalanya, pasukan bendera, pengatur upacara, beserta peleton-peleton telah siap berdiri di lapangan. Rintik gerimis melengkapi momen yang paling ditunggu itu.

Pemimpin upacara mengistirahatkan seluruh pasukannya, ”Untuk perhatian, istirahat di tempaaaaaatt grrraaaakkkk!!”.

Sementara pasukan bendera telah siap memasuki lapangan, ”Bendera siap!” ucap salah satu pengibar bendera yang berada paling barat.

Lalu, pemimpin upacara segera memberi komando, ”Kepada, Sang Merah Putih, hormaaaaatttt grrraaaaakkk!!”.

Ada yang salah di sini, pemimpin upacara lupa menyiapkan seluruh pasukannya sebelum memberi hormat pada Sang Saka.

”Ulangi!!”, ucap seluruh pasukan.

”Kepada, Sang Merah Putih, hormaaaatt grrraaaaakk!!”.

”Ulangi!!”.

Rupanya pemimpim upacara tidak menyadari bahwa ada kesalahan komando yang ia berikan, hal itu terulang sampai tiga kali. Tania yang menjadi salah satu peserta pasukan upacara masih berbisik dengan teman-teman di dekatnya. Membicarakan kesalahan pemimpin upacara yang tak kunjung sadar. Akhirnya, upacara berakhir. Gerimis kecil masih terus menghiasi sore itu, Tania langsung berlari keluar dan melihat sebuah papan pengumuman tentang pembagian kelas baru, berjejalan tentunya. Ia melihat namanya terpampang pada lembar ke tiga. Ya, tanda bahwa ia akan duduk di kelas sepuluh tiga. Tania segera pulang dengan motornya, ia tak tahan ingin mencicipi masakan ibu yang sedapnya tiada tanding.

”Assalamu’alaikum. Bu....Tania pulang.” ucapnya lemas.

”Eh, anak ibu pulang. Gimana sekolahnya? Asik?

”Ngga deh..biasa aja. Aku masuk sepuluh tiga bu.”

”Oooohh..bagus deh, sama aja kan? Sepuluh tiga atau sepuluh satu, cuma beda nama. Duh, kok bau sih? Dah mandi dulu sana! Nanti habis itu langsung makan”

”Iiih ibu, yoi deh, beres! Aku langsung mandi kok.”

oooooo0oooooo

Hari pertama Tania masuk kelas barunya, kelas sepuluh tiga SMA Tunas Bangsa. Kalimat itu terdengar sungguh membanggakan bagi Tania. Bel berbunyi, semua anak segera masuk. Tak ada satupun yang berani menyiapkan. Pengurus kelaspun belum terbentuk.

”Duduk siap. Grak!”.

Terdengar suara lantang dari belakang. Tania jelalatan mencari sumber suara lantang itu. Ternyata, itu dia, cowok yang menjadi pemimpin upacara penutupan MOS kemarin. Fahri Radityo.

Hari itu juga, pengurus kelas sepuluh tiga ditentukan. Fahri terpilih sebagai ketua kelas, Tania sebagai sekretaris. Mulai hari ini mereka akan bekerjasama sebagai pengurus kelas selama satu tahun ke depan.

”Tan, nanti pulang sekolah ada rapat buat acara ultah sekolah. Kamu aja yang ikut ya! Aku lagi agak ga’ enak badan.” ucap Fahri.

”Lho..kok gitu.. eh, tapi, ya udah deh aku aja juga ga’ papa.”

Seperti biasa, di awal tahun memang Tania terbiasa bersemangat dengan keorganisasian. Awal yang mengasikkan untuk Tania bisa mengenal lebih dekat senior-seniornya. Pukul 16.00 WIB rapat selesai. Tania pulang. Keesokan harinya, Tania melaporkan seluruh hasil rapat sore itu. Semua anak-anak menjalankan semua rencana yang telah dirancang Tania.

oooo0ooooo

Acara ulang tahun sekolah semakin dekat. Tania sibuk mempersiapkan segalanya. Anehnya, Fahri sebagai ketua kelas malah asik dengan teman-teman yang lain. Seolah-olah di sini bukan Fahri ketua kelasnya, tapi Tania-lah yang berperan penting dalam acara itu. Terkadang Tania mengeluh, tapi ia selalu berpikir bahwa itu hanya prasangka buruknya saja. Rabu, 10 Agustus 2007 acara ulang tahun sekolah dilaksanakan. Acara berjalan cukup meriah.

Hari-hari pun telah Tania lewati sebagai warga SMA Tunas Bangsa, hubungan Tania dengan Fahri semakin dekat. Suatu malam, Tania bermimpi tentang Fahri. Tania menangis dan Fahri memeluk tubuhnya erat. Suara kokok ayam jantan dan suara jam beker membangunkan Tania dari tidurnya.

”Iih..ga mungkin. Fahri. Apaan sih, dia bukan tipe gue.”

”Lho, Tania kamu ngomong sama siapa?” tanya ibu mengagetkan Tania.

”Oh, engga bu. Ibu salah denger kali. Dah ya, aku mo mandi dulu.”

Krrrrriiiiiiing....suara bel berbunyi tepat pukul 07.00 pagi. Matahari bersinar cerah, menyemangatkan suasana yang tadinya terasa tak berkesan. Seperti biasa, Pak Deni sebagai guru Matematika datang dan semua terdiam.

”Ayo anak-anak, keluarkan PR kalian!”

Tiga setengah jam lamanya pelajaran berlangsung. Tiba saatnya istirahat, waktu yang tentunya dinantikan oleh semua orang. Tania menceritakan mimpi itu pada sahabatnya, Rene.

”Whats?? Loe mimpi kaya gitu?”

”Iya.” jawab Tania singkat.

”Gawat. Gawat.Gawat.”

”Gawat gimana Ren?”

”Apa loe ada feel ma dia?” tanya Rene heran.

“Idih! Ya engga lah. Loe tau ndiri. Tipe gue bukan yang begituan. Fahri kan orang aneh. Terus nyebelin. Klo rapat-rapat ga’ pernah dateng sendiri, pasti ngelimpahin ke gue. Klo sekali-kali sih ga’ papa. Ini Ren, berkali-kali.”

”Ooooh..jadi ga’ ikhlas nih??”

”Ya bukannya ga’ ikhlas, siapa juga yang ga’ bete klo digituin terus. Mentang-mentang dia ketuanya apa. Pokoknya, Fahri engga banget deh.”

”Hohoho..ati-ati klo ngomong. Ntar kualat lho.” ledek Rene.

Bel berbunyi kembali, tanda pelajaran harus segera dimulai kembali. Fisika. Pelajaran yang paling membuat Tania bingung, dan hanya bisa berkata, ”Ya..ya..ya..”

oooo0oooo

Waktu terus berjalan, seolah ia tak ingin menunggu. Memaksa semua manusia harus terus berjalan juga. Tak boleh berhenti hingga Tuhan sebagai Sang Pencipta memerintahkan untuk berhenti. Tania seringkali bermimpi tentang Fahri. Lama-lama ia merasa bingung oleh apa yang telah terjadi pada dirinya. Merasa bahwa ia takut mengecewakan Fahri, merasa ia harus selalu ada untuk Fahri dan rasa-rasa yang lain yang selalu ia wujudkan secara refleks. Terjadi begitu saja.

Rabu pagi, Pak Deni memberi tugas Matematika yang harus dikumpulkan besok. Tania sebagai sekretaris, diminta meng-copy tugas itu. Tania meminta semua anak untuk tidak segera pulang. Tapi, sungguh ini sangat mengecewakan. Begitu Tania kembali ke sekolah, sudah tak ada satu orangpun di sana. Tania kecewa sekali, bahkan Fahri sebagai ketua kelas sudah tak ada di situ. Tania pulang dengan muka sebal.

”Kok kemarin pulang duluan sih?” tanya Tania kesal.

”Duh, sorry ya! Gue lupa.” jawab Fahri tanpa dosa.

Perasaan Tania semakin panas. Matahari terik menyengat kulitnya yang tak terbiasa oleh panas. Lelah ia rasakan, namun tak ada satupun yang menghargainya. Ini bukan untuk pertama kalinya, tapi sudah berkali-kali. Tania hanya mencoba sabar. Mencoba menjadi pengurus kelas yang baik, menjalankan tugas yang sudah menjadi tanggungjawabnya.

Semakin hari, Tania semakin kagum pada Fahri. Entah apa yang Tania kagumi dari seorang Fahri. Padahal ia tahu bahwa Fahri lebih sering membuatnya kecewa daripada membuatnya bahagia. Hari itu, hujan deras mengguyur kota Bogor. Mata pelajaran terakhir, kosong. Tak ada tugas yang ditinggalkan Bu Rona sebagai guru Fisika. Suasana kelas terdengar ribut sekali. Di pojok kelas terlihat Ririn dan teman-teman satu genk-nya bergerombol membicarakan Afghan, artis pujaannya. Tania duduk di depan kelas bersama Rene, sahabat sejatinya. Sementara anak lelaki mengerubuti layar 17”, komputer kelas yang banyak diserang virus Trojan. Asyik beradu dalam football game favorit mereka. Ada yang aneh di situ. Tak ada Fahri. Setelah satu jam berlalu, Tania baru menyadari bahwa tak ada Fahri di tengah-tengah mereka. Tania bertanya pada temannya, namun tak ada yang tahu kemana Fahri pergi. Tas, buku, dan alat tulisnya masih berserakan di atas mejanya. Tania segera berlari melewati lorong menuju Musholla, tak peduli bahwa hujan deras membasahi seragam putihnya. Mencari Fahri, meneliti seluruh pelosok daerah itu, namun Fahri tak juga terlihat. Perasaan cemas mulai menghantui Tania, takut kalau-kalau terjadi sesuatu dengan Fahri. Bel pulang berbunyi, namun ini tak membuat Tania senang. Ia malah semakin bingung.

“Duh, Fahri kemana sih? Mejanya masih berantakan, tapi orangnya ga’ ada. Jangan-jangan dia sakit lagi.” pikir Tania semakin cemas.

Tania memutuskan untuk tidak segera pulang, ia ingin memastikan bahwa tak terjadi apapun dengan Fahri. Tania menunggu Fahri ditemani guyuran hujan yang semakin lama mereda. Satu jam, dua jam, Fahri tak juga dilihatnya. Rupanya Tania mulai lelah, ingin sekali rasanya ia menyandarkan tubuhnya yang kedinginan. Sebuah jaket ia keluarkan dari dalam tasnya, ia memakainya dan memeluk erat tasnya menahan dingin.

”Tan, Tania..bangun Tan!!” ucap Fahri. Tania membuka matanya, tak terasa ia sudah tertidur selama setengah jam.

”Loe ngapain di sini? Belom pulang? Udah sore lho..” tanya Fahri menyadarkan Tania bahwa jam sudah menunjukkan pukul 17.00. Tania mengusap matanya, memandang ke arah jam dinding yang setia berdetak.

“Ya ampun, dah jam 5. Gue ketiduran di sini. Tadi gue nunggu…” hampir saja Tania keceplosan, mengatakan bahwa ia sedang menunggu Fahri.

“Nunggu apa?” tanya Fahri heran.

”Nunggu ujan.” jawaban yang konyol.

”Dasar orang aneh! Ujan kok ditungguin. Tu liat! Ujan yang loe tungguin dah pergi. Tinggal sisanya, gerimis.” Fahri menunjuk lapangan yang masih basah.

”Oh, dah pergi ya. Btw, tadi loe abis dari mana?”

”Abis rapat OSIS. Ya udah ya. Gue balik duluan.”

Fahri merapikan mejanya, memasukkan buku-bukunya ke dalam tas kemudian pergi meinggalkan Tania. Tania hanya memandangi Fahri, mengamati seluruh gelagat Fahri. Tania pulang, entah kenapa ia merasa sangat senang hari ini. Ia berteriak kegirangan, tak terasa Mio birunya berlari kencang. Gerimis masih terus membasahi seluruh jalan yang ia lalui, hari semakin gelap, semakin dingin, dan semakin sepi.

oooooo0oooooo

Telah lama Tania mengagumi Fahri, ia selalu memperhatikan setiap gerak-gerik yang ada pada diri Fahri. Memberi perhatian yang lebih hanya untuk Fahri. Namun, Fahri tak pernah sadar akan hal itu. Banyak orang yang bilang bahwa Fahri masuk dalam kategori cotaka (cowok tak peka). Seringkali Tania dibuat jengkel karena ketidakpekaannya itu. Suatu hari Tania menangis karena Fahri menyalahkan Tania atas kecerobohannya. Saat tugas Kimia, Tania tak sengaja menumpahkan larutan untuk bahan uji. Fahri terlihat marah dan kesal. Mereka telah menyiapkan segalanya sejak awal. Namun, tak sengaja Tania menyenggolnya dan larutan itu tumpah. Tania menangis, dan terus meminta maaf pada Fahri. Fahri tak menghiraukannya.

”Hiks..hiks..hiks..Ren, dia marah ama gue. Gue harus gimana?” curhat Tania pada Rene.

”Ya udahlah Tan, loe kan dah minta maaf. Lagian Fahrinya juga, masa gara-gara gitu doang dia sampe segitu marahnya ama loe. Padahal kan kemaren loe dah kerja keras bantuin dia.” ucap Rene membela Tania.

”Ya, tapi.. itu gue yang salah. Hiks..hiks..hiks..” Tania tak dapat menahan tangisnya. Ia merasa sangat takut, takut jika Fahri tak dapat memaafkannya.

”Dasar! Sok perfect banget sih jadi orang. Yang namanya percobaan kimia gitu, larutan tumpah mah dah biasa. Ini, malah dijadiin masalah besar buat dia. Gini aja deh Tan! Sekarang mending loe tenangin diri loe aja dulu. Nanti, klo masalahnya dah reda, dan emosi dia juga dah turun, baru loe coba ngomong baik-baik ma dia. Loe tau ndiri kan, Fahri. Klo lagi marah ga’ bakal bisa diajak ngomong.” terang Rene menenangkan Tania.

”Iya deh Ren, thanks ya..hiks..hiks..hiks..hiks..”

Tania terus menyesali kecerobohannya. Ia sangat takut jika Fahri tak memaafkannya. Malam itu, Tania mencoba mengirim pesan singkat untuk Fahri.

Ehm..ehm..ehmm...

Tak ada balasan. Ia mengulangi pesan itu hingga tiga kali, namun tak ada respon. Tania putus asa. Kemudian terdengar dering telepon Tania yang membuat jantungnya berdebar kencang. SMS dari Fahri. Tania cepat-cepat membaca pesan itu.

Ap Tan?? Eh, dah kRjain PR bLm lw?? kRjain dL sNa!!NtaR dHkum Bu NiNa lho..Lw tw kan..dy gaLaK baNget boo..he..he..he..

Sinyal yang bagus dari Fahri, sepertinya marahnya sudah reda. Tania langsung membalas SMS itu.

Udah dunk..he..he..w lg rajin nih.. Fahr soal itu, sorry ya!! soRyyy... bgt!! W g sngaJa..maaaaaph bgt!! Pliz, maaphin w ya!!

Soal yg mn ci?? Kan ulgn sjRh nya dah sLesai.. dah lah, ga uSah miKir soaL2 lg.. dah iLang.. Mgkn kaBur kbaWa aNgin!!!

Oooh jd dah LuPa niyh.. ya udah deh, mang baenya dLupain ja x iagh..tP sKaLi Lg w mNt maaaaaph bgt!! W nyeSel fahr.. w nyeSeL..

Apaan ci?? nyeSeL2..keSeSeL dooong buuu!!! Ha..ha..ha.. ya udaH ya!! puLz mePet niyh,, bye!!!

Sungguh, betapa senangnya Tania malam itu. Akhirnya Fahri memaafkan Tania, hubungan mereka kembali baik seperti semula. Sepertinya mereka sudah melupakan apa yang terjadi kemarin.

oooooo0oooooo

Tak terasa ulangan akhir tiba. Baik Tania maupun yang lain telah mempersiapkannya secara matang. Tania bermaksud untuk melanjutkan studinya ke jurusan Bahasa, sedang Fahri ke jurusan IPA. Ada juga yang ingin melanjutkan studinya ke jurusan IPS. Tes ulangan akhir berlangsung selama satu minggu, kini mereka telah bebas dengan segala beban yang ada. Tinggal menunggu hasil.

Anak-anak sepuluh tiga berencana untuk pergi ke Puncak pada liburan besok. Tania sebagai salah satu pengurus kelas, mulai sibuk mempersiapkan acara yang penting bagi sejarah sepuluh tiga itu. Ia merasa sedikit kesulitan menghubungi teman-teman satu kelasnya. Saat itu classmeeting berlangsung, anak-anak mulai bermalas-malasan datang ke sekolah sekedar untuk absen. Fahri sebagai ketua kelas juga tak pernah datang untuk membicarakan masalah ini. Akhirnya, teman-teman sepakat membicarakan masalah liburan ini tanpa kehadiran ketua kelas. Hari yang dinanti semakin dekat, sudah satu minggu ini Fahri tak juga terlihat batang hidungnya. Tania sudah berkali-kali mencoba menghubungi handphonenya. Tapi tak pernah aktif. Berbagai pikiran buruk tentang Fahri mulai muncul di pikiran Tania.

”Ih, Fahri. Gimana sih? Jadi ketua kelas kok ga’ tanggungjawab banget. Apalagi sejak dia jadi ketua tim basket tuh. Yang diurusin baskeeeett mulu. Kelas sendiri ga’ pernah diurus. Terus lagi, dah tau mo ada rencana liburan gini, malah ga pernah berangkat. Jangan-jangan dia malah lagi enak-enakan di rumah. Sengaja HP-nya dimatiin biar ga’ da yang ganggu. Sedangkan gue ma temen-temen sibuk ngurus ini itu. Ntar dia tinggal terima jadi gitu?. Cape deh!! Nyebelin banget sih tuh orang. Heran gue, kok gue bisa suka ma dia sih? Apa bagusnya coba.”. gumam Tania kesal.

Tania terus mecoba menghubungi Fahri, namun nomornya tidak aktif. Ia mencoba meghubungi nomor kakak Fahri. Ini langkah terakhir. Sebenarnya ia agak ragu, tapi apa boleh buat. Sebagai ketua kelas, Fahri harus ikut serta dalam rencana liburan ini.

Ass..kak,, Fahrinya ada?? Ni Tania..Q mo ngmng ma FahRi..suruh dy nyalain HPnya dong kak!! Thx ya kak..wass..

Lama Tania menunggu, namun tak juga ada balasan. Handphone Tania akhirnya berbunyi juga, ada SMS. Ternyata dari Fahri. Cukup panjang.

Ass..??Tan?? Ry ya Tan, mgKn lw mo naNya soaL w.. dah 1mg ni w mang ga mSk..Ry ya Tan..soRRyyy bgt..w mnt mav ma sMuanya..sbg pgRs kLs, mgKn lw mKir kLo w ni org yg ga bRtggJwb..tp mang bnr x ya..kRn sLaMa ni, w sRg ngLimPahin tgs ni tu bwt lw...he..he..w mnt maav ya Tan... Tania,,ju2r bbRapa hr ni w ga msk, kRn w skt. KmRn w divonis kanker daRah stadium awaL.. w mhn kLian g ush trll mmprmslhkn ni, w ga mw ngRepoTin kLian. Tan,,ry bgt ya..dgn bRt ht, kynya LbRn ke pucak nnt w g bs iKtn. w dsRh istrht, istrht, n istrht total. Sbg pngRs kLs yg hRsnya nguRus ntu msLh, w maLah ga pRnh bRgkt.. w mnt maav sob!! ..maav..mav..maav…maaaaaaavvvv bgtz…soRy ya..

Degg! Jantung Tania serasa berhenti. Tubuhnya terkulai lemas, tak bertenaga. Ia menyesal, sangat menyesal. Ia tak tahu kalau akan seperti ini. Semua pikiran buruknya tentang Fahri, semua salah. Cepat-cepat Tania menekan digit angka, menghubungi Fahri.

”Hallo...”

”Hallo..Tania” suara dari seberang sana yang tedengar sangat lemah.

”Fahr..kok ga’ bilang sih?”

“Mo bilang gimana Tan..?”

“Ya elo harusnya bilang kalo loe sakit. Kita semua ga’ ada yang tau Fahr.. Fahri, gue minta maaf.. gue minta maaf Fahr.. gue ga’ tau klo loe begini.. gue nyesel Fahr.. hiks..hiks..hiks..” Tania tak dapat lagi menahan air matanya yang sejak tadi serasa ingin tumpah.

”Ssssstttttt...Tan..gue ga’ papa..gue ga’ papa...jangan nangis dong...ssssttttt...” ucap Fahri menghentikan isak Tania. Tania mengusap air matanya, mencoba menahan tangisnya.

”Trus, gimana?? Loe ga’ ikut?”

”Ya mo gimana lagi Tan, gue ga’ boleh kecapean.”

“Ya ampun Fahri…sory ya Fahr, gue bener-bener ga’ tau. Hiks..hiks..hiks..” Air matanya kembali tumpah.

”Ga’ papa kok Tan, gue sendiri juga baru tau kemaren klo gue kena kanker darah. Sebelumnya gue sama sekali ga’ tau. Tan, sory ya Tan, gue ga’ bisa ikutan. Sebenernya gue ga’ enak banget ma anak-anak, klo gue sampe ga’ ikut. Tapi, mo gimana Tan? Gue ga’ sanggup. Maaf ya Tan!” suara Fahri terdengar semakin melemah. Tania hanya terdiam, sedih, takut, khawatir, menyesali perbuatannya yang telah berpikiran buruk tentang Fahri. Fahri meneruskan pembicaraannya.

”Tan, gue mo minta tolong ama loe. Loe mau kan?”

”Apa Fahr??”

”Loe terusin tugas gue ya! Pliz..buad yang terakhir kali sebagai ketua sepuluh tiga. Loe gantiin posisi gue ya! Gue percaya sama loe.”

Tania menarik nafasnya dalam-dalam. “OK Fahr! Gue janji. Gue bakal terusin tugas loe sebagai ketua. Tapi loe harus janji juga ma gue!”

“Janji apa?” Tanya Fahri heran.

”Loe janji, klo loe bakal cepet sembuh. Harus!!”

“Iya! beres bos! Skali lagi, gue minta maaf Tan. Slama ni, gue banyak ngerepotin loe. Maaaaavvv banget!!”

“Fahr, ga’ papa…ga’ papa…ga’ papa….ga’ papa….daaaaaan ga’ papa… Masih banyak kata ga’ papa buat loe klo loe masih terus-terusan ngerasa bersalah kaya gini. Ga’ papa Fahr.. masalah sepuluh tiga ga’ usah loe pikirin lagi. Tenang aja! Semua dah ada yang ngurus. Sekarang, mending loe konsentrasi ke diri loe sendiri. Banyak-banyak istirahat dan jangan sampe kecapean! Cepet sembuh ya Fahr!”

“Iya Tan.. makasih ya! Loe baik banget ma gue.”

“Sama-sama! Dah dulu ya Fahr. Met istirahat! Assalamua’alaikum..”

“Wa’alaikumsalam…”

Telepon putus. Tania kembali menumpahkan air matanya yang sejak tadi tertahan. Sungguh ia merasa bersalah telah berpikiran buruk tentang Fahri. Padahal sebenarnya Fahri sedang tergeletak lemas di tempat tidur. Tania merasa bahwa dialah teman yang paling jahat sedunia.

ooooo0ooooo

Pagi kembali. Matahari bersinar cerah. Tania bangun, namun wajahnya tak terlihat secerah matahari pagi ini. Ia terlihat sedih. Saat ia menuju kelas, teman-temannya sudah banyak yang menunggu untuk meneruskan rapat yang kemarin telah dilaksanakan.

”Waaah....burem amat muka loe Tan. Kayanya bakal ada berita buruk nih?” ledek salah satu temannya. Tania hanya terdiam. Memikirkan bagaimana keadaan Fahri sekarang.

“Ada apa sih Tan?? Kok keliatan sedih banget.” tanya sahabat yang selalu setia padanya, Rene.

”Fahri sakit.” jawab Tania dengan nada yang pelan.

Mendengar hal itu, semuanya terdiam. Kemudian Siska berbicara memecahkan suasana yang hening.

”Fahri sakit apa? Trus, kira-kira besok dia ikut ga?”

”Dia kena kanker darah Sis, trus katanya besok dia ga’ bisa ikut.” jawab Tania lemah, ia seperti ingin menangis, teringat oleh suara Fahri yang begitu lemah.

”Ya udah, mending sekarang kita terusin rapat kita. Berdoa aja moga semuanya baik-baik aja. Acara ini harus tetep jalan kan? Ya walaupun tanpa Fahri.” terang Rene.

”Ya, loe bener Ren!”

Akhirnya, acara liburan ke Puncak tetap berjalan. Tania sekuat tenaga berusaha menjadi ketua panitia yang baik. Ia melakukan ini demi Fahri yang saat ini sedang tergeletak di tempat tidur. Tania sedang berjuang memenuhi janjinya.

Tanpa sengaja, di sana Tania melakukan kesalahan. Ia menghilangkan bingkisan yang khusus dipersembahkan untuk wali kelas. Ia sudah mencari di seluruh tempat, tapi bingkisan itu tetap tak ada. Seluruh teman-temannya merasa jengkel dengan ulah Tania. Bahkan Rene pun ikut kecewa dengannya. Tania bingung, menyesal, dan ia-pun menangis di depan semuanya.

”Tan, loe gimana sih? Bingkisannya kok malah loe ilangin?” ucap Mimi marah.

”Sory Mi, sory! Gue ga’ sengaja. Gue lupa, tadi bingkisannya gue taro situ, terus gue tinggal, gue lupa. Gue balik lagi, bingkisan itu dah ga ada.” terang Tania.

“Loe nyadar ga’ sih Tan, ini tuh saat-saat terakhir kita barengan. Ditambah lagi, Fahri. Dia lagi sakit Tania. Pastinya Fahri berharap klo semua bakal berjalan lancar. Loe sebagai ketua panitia, loe yang dipercaya Fahri buat nerusin tugasnya. Tapi loe yang ngerusak semuanya. Mana tanggungjawab elo Tania??” kalimat itu membuat Tania merasa sangat bersalah.

Terdengar ramai suara temannya yang menyorakinya, ”Iya, gimana sih Tania? Huuuuuu!!!!”

Down!! Tania menangis dan hanya bisa meminta maaf pada semua teman yang telah ia kecewakan.

”Temen-temen, maaf ya..Gue ga’ sengaja. Gue lupa. Maaaaaaaaf!! Hiks..hiks..hiks..hiks...”

”Kita kecewa sama loe Tan. Okey, kali ini loe kita maafin. Sekarang kita cuma mo bilang, klo sekarang....loe lagi kita kerjain Tania...”

”Happy birthday Tania!!!” ucap teman-temannya serempak.

Suasana ramai sekali. Tania baru menyadari bahwa hari ini, umurnya bertambah satu tahun. Bingkisan itu, ternyata ada dan disembunyikan oleh teman-temannya. Tania mengusap air matanya dan mengucapkan terimakasih pada semua.

Hari semakin sore, tak terasa telah berjam-jam waktu yang telah mereka habiskan di sana. Alam Puncak semakin gelap, semakin dingin, semakin sunyi, sepi. Mereka pulang. Terdengar riuh lagu-lagu konyol dinyayikan warga sepuluh tiga.

HaLuu Tan!!gmn??suKses kah??

SMS dari Fahri yang membuat semua rasa letih Tania hilang.

Alhamdulillah Fahr, hr ni smua b’jLn lncar..ni berkat doa lw..thanks ya..

Same2..o ia,,meT uLtaH ya Tan..gMn suRprizenya?? meyaKinKan kah?? kTnya lw mPe nangis sGaLa..ha..ha..ha..

Eh,,kerengejer..jd lw?? Tp,,gpp ciy..juStru ntu kado pLg bRkeSan buad w..sKaLi lg, thanks Fahr!!

Yoi...same2 gy deh..ywdh, w nganTuk. Tidur dL iaa!! Bye!!

oooooo0oooooo

“Tan! nih ada titipan dari Fahri.” ucap Rene sambil memberikan sepucuk surat kepada Tania. Tania langsung membuka surat itu, hatinya terasa bergetar seperti akan ada sesuatu yang terjadi.

Dear Tania,

Tan, gue harap pas loe lagi baca surat ini semuanya baik-baik aja. Tan, ga’ kerasa ya, dah setaun kita saling kenal. Banyaaak banget yang dah kita rasain bareng2. Tan, gue minta maaaaaaaph banget. Mungkin selama ini gue banyak buad salah ma loe, gue banyak bikin loe kecewa. Dan gue banyak bikin loe nangis. Gue tau itu kok. Sorry banget Tan, sorry banget!! Tan, makasih ya! Slama ni, loe dah ngasih perhatian yang lebih buad gue. Makasih Tan! Soal nunggu ujan, soal tiap pertandingan basket loe selalu ada, soal telepon itu, dan masih banyak lagi. Kemaren Rene dah certain semuanya ke gue. Tania, mungkin selama ini gue cume takut ngadepin soal perasaan. Gue takut sakit lagi Tan. ah, udahlah, ga’ usah dibahas. Ga penting. Gue cuma mau ngasih tau, sore ini gue harus berangkat ke Singapore, gue mau cari pengobatan yang lebih bagus di sana. Soal feeling, lupain gue Tan! gue yakin, di luar sana masih banyak cowok yang lebih bae dari gue, yang lebih pantes buad loe. Okey Tania, senyum dong!! He..he..he.. makaci ya..loe dah terlalu bae buad gue.. Makaciiiiii..banget!! dan soRRyyy banget. Moga kita bisa ketemu lagi…

Fahri

Tak terasa, air mata Tania telah tumpah sejak tadi. Rene yang berada di sampingnya hanya bisa menatap sahabatnya yang menangis. Suasana hening, yang terdengar hanyalah isak tangis Tania.

”Ren, Fahri Ren..dia mau pergi jauh..hiks..hiks..hiks..”

”Udahlah Tan, jangan nangis!! Sory ya! Terpaksa gue ceritain semuanya ke Fahri. Gue ga’ mau sohib gue sedih terus.” Tania diam, satu jam lamanya mereka di ruang kelas. Setelah tangisnya reda, Tania meminta Rene menemaninya ke airport sore ini.

Penerbangan lima belas menit lagi. Tania berlari mencari Fahri, Rene selalu setia menemaninya.

”Fahri....” teriak Tania. Fahri menoleh dan tersenyum simpul.

”Hey Tan!!” ucapnya lembut.

”Fahr, boleh gue pinjem pundak loe? Sebentar aja.” Pinta Tania sambil terengah-engah.

“Boleh..”

Tania bersandar dibelakang Fahri. Ia memeluk tubuhnya dari belakang dengan kedua tangannya. Ia menangis sedih karena ia akan kehilangan seorang Fahri untuk waktu yang cukup lama. Fahri berbalik dan medekap Tania. Erat sekali.

“Fahr, gue sayang sama loe. Hiks..hiks..hiks..”

“Gue juga Tan, tapi gue ga’ pantes buat loe. Loe lupain gue aja ya!”

”Hiks..hiks..hiks...” Tania tak sanggup lagi berbicara, isak tangisnya semakin kuat.

”Tania, jangan nangis!!” pinta Fahri padanya.

Tania melepas dekapannya. Kemudian ia mengusap air mata yang sejak tadi mengalir di pipinya.

”Ga’ kok, gue dah ga’ nangis kan? Makasih Fahr.”

”Sama-sama, senyum dong Tan!!”

Tania mencoba tersenyum, membuat hati Fahri lebih lega.

“Tan, gue pergi dulu ya!” pamit Fahri.

Pesawat akan segera berangkat. Fahri berbalik arah, berjalan meninggalkan Tania. Jarak dua meter, terdengar suara Tania.

”Fahr, gue seneng bisa kenal sama loe.”

Fahri hanya mengangguk dan tersenyum lebar. Kemudian melanjutkan langkahnya meninggalkan tempat itu. Tania terus menatap Fahri, sampai sosok bertubuh tinggi itu tak terlihat lagi.

”Ren, Fahri dah pergi.. gue ga’ tau kapan gue bisa ketemu lagi sama dia...hiks..hiks..hiks..”

”Udah ya Tan, loe jangan nangis lagi. Klo Fahri tau, nanti dia sedih lho..” hibur Rene.

Kedua bersahabat itu pergi meninggalkan airport. Tempat berakhirnya cerita antara Fahri dan Tania. Cerita yang banyak meninggalkan kenangan dan air mata. Because, love is sacrifice.

T H E E N D

Text Box: Leka Khajar Fiyanti SMA NEGERI 1 KEBUMEN